Friday, September 28, 2012

Tu Ti Pak Kung (Dewa Bumi)

Ringkasan DharmaDesana : Tu Ti Pak Kung (Dewa Bumi)
Oleh : Acarya Lian Qiao
Hari/Tanggal : Minggu,18 April 2004 (jam 11.00 siang)
Di : Vihara Vajra Bumi Nusantara, Karawaci

Tu ti Pak Kung, atau juga kita sebut Dewa Bumi merupakan dewa yang terdekat dengan kita,sehingga untuk memohon rejeki, dan hal lainnya mungkin saja lebih cepat dikabulkan. Sebenarnya untuk melakukan sembahyang dewa bumi, kita tidak perlu dikuanting/ abhiseka, karena tata cara sembahyang dewa bumi adalah jenis sembahyang umum. Tetapi kali ini Acarya akan memberitahukan tata cara sembahyang dewa bumi menurut versi tantrayana, dan setelah itu pada akhir sesi, Acarya akan memberikan abhiseka pemberkatan sadhana dewa bumi.

Dewa bumi/dewa tanah terdiri dari 5 macam : Dewa Pintu, Dewa Dapur, Dewa Tanah(penunggu rumah, Dewa sumur, dan Dewa Gunung/sungai/kali
Dewa Pintu bisa juga kita sebut Dewa Buni, tapi ada satu kisah pada jaman dahulu, di wilayah Cina, disetiap rumah besar terdiri dari beberapa kepala keluarga, dan ini artinya ada Dewa pintu utama yang menjaga pintu masuk dari rumah besar itu, dan juga ada Dewa pintu kecil yang menjaga pintu dari masing-masing kepala keluarga.

Dewa bumi mungkin adalah salah satu dari ke-5 macam Dewa bumi. Tapi yang kita maksudkan Dewa Bumi sekarang adalah Dewa penunggu rumah. Adapun Dewa bumi ini mungkin adalah roh dari leluhur kita, atau roh2 penunggu rumah terdahulu yang memiliki banyak jasa pahala kebajikan sehingga menjadi Dewa pada saat ini.

Dewa tanah adalah penghuni di setiap rumah, mereka dapat membantu kehidupan sehari-hari kita seperti menjaga keharmonisan keluarga, menjaga sadhaka dalam melaksanakan sadhana sehari-hari, memajukan usaha bisnis, dan lainnya.

Adapun kekuatan dari para Dewa mempunyai keterbatasan, sehingga jika kita ingin memohon sesuatu harus yang wajar saja, jangan terlalu berlebihan. Untuk memohon sesuatu kepada Dewa bumi, kita perlu memberikan persembahan. Persembahan tersebut dapat berupa makanan yang sudah dimasak, seperti daging (bisa daging ayam, babi, ikan), buah2an, sayur2an,air teh, arak, hio, dan sebagainya. Semua persembahan ini tergantung dari kemampuan materi sadhaka masing-masing. Jika mampu memberikan banyak persembahan boleh saja, tapi jika tidak mampu jangan dipaksakan, tidak apa-apa. Semua tergantung kemampuan materi kita.

Pada jaman kerajaan dahulu kala, tanggal baik untuk memberi persembahan dan memohon kepada dewa tanah adalah tanggal 1 dan 15 atau tanggal 2 dan 16 menurut penanggalan lunar. Waktu yang dilakukan antara tengah hari dan tengah malam.

Tata cara sembahyang kepada Dewa Bumi menurut versi tantrayana:
Sebelumnya jika kita memiliki altar Dewa bumi, kita bisa meletakkan persembahan itu didepan altarnya, atau jika kita tidak memiliki altar bisa meletakkan persembahan diatas sebuah meja persegi dan menghadap ke arah tungku dengan memunggungi pintu, atau boleh juga memunggungi pintu depan, menghadap ke bagian dalam rumah. Dalam memberi persembahan, siapkan 5 macam sajian untuk persembahan, sajikan apa saja yang biasanya anda makan untuk makan malam. Daging ayam, itik, babi, beras, ikan, roti, sayur, sop, buah2an, arak/bir dan makanan penutup juga boleh.

Sebelum memulai sembahyang, hentakkan kaki kiri ke tanah sebanyak 3 kali. Ini dilakukan sebagai pertanda kita ingin mengetuk rumah Dewa bumi, agar beliau bisa menerima persembahan dari kita. Lalu gunakan hio 5 batang, dan tancapkan ke tempat hio ( 5 batang hio mewakili Utara, barat, timur, selatan, dan pusat). Bersikap anjali dan jangan lupa membaca mantra pembersihan, lalu japa mantra dewa bumi : Namo Sam Man to moh toh nam, om doh lo doh lo de weh, soha (7x)
Visualisasikan Dewa tanah lokal yang tampak berkecukupan makanan bewujud laki-laki tua sedang berdiri didepan untuk menerima persembahan, dengan mangkuk emas dan perak ditangan kirinya dan sebuah tongkat ditangan kanannya. Dia datang menerima persembahan kita. Lipatgandakan persembahan hingga memenuhi jagat raya, persilahkan dewa tanah lokal menikmati arak dan makanan yang telah dipersiapkan dengan mudra anjali dan menjapa mantra persembahan. Setelah sembahyang dewa bumi sudah selesai (ditandai dengan dupa hampir habis), anda dapat memohon dewa bumi/dewa tanah untuk mendengarkan permintaan anda dan memohon bantuannya. Jelaskan permintaan anda secara jelas dan mendetil. Dewa tanah memiliki kemampuan dapat menolong kita dalam membantu kita mengatasi kesulitan, tapi tentu saja permohonan yang kita buat haruslah positif dan sewajarnya. Visualisasikan Buddha Amitabha atau Maha Guru menyinari sinar merah ke arah dewa tanah lokal dan memberikan jasa baik dengan memanjatkan mantra Sukhavati Vyuha Dharani (Wang she Cou) sebanyak 3,5,7 atau 21 kali dan juga boleh menuangkan arak merah 3 gelas. Setiap selesai membaca wang she cou tuangkan arak ke tanah secara horizontal, lalu ulangi terus sampai ke-3 cangkir arak habis. Setelah dupa habis, barulah anda boleh menbersihkan altar.

Mungkin saja jika Dewa bumi senang dengan persembahan kita, dan sewaktu beliau sedang menikmati arak/ bir yang kita suguhkan , beliau menjadi mabuk dan meluluskan semua permintaan kita (canda acarya sambil tertawa). Tetapi tentu saja apa yang kita minta/mohon haruslah sewajarnya jangan sampai melewati batas dan keterlaluan, karena meski Dewa pun memiliki keterbatasan.

Bila dalam keadaan darurat (seperti diganggu orang, banyak masalah) kita ingin memohon kepada Dewa Bumi, kita dapat melakukan satu sadhana ritual khusus. Caranya : sediakan 5 buah persembahan (buah2an) 5 warna, lalu bakar hio, dan hio ditancapkan di 5 penjuru, lemparkan buah2an tadi ke 5 arah tersebut. Dan tentu saja sadhana ini agak mubazir, karena buah2an yang dilempar kita tidak bisa memakannya kembali (acarya pun tertawa kembali)
Adapun arti dari warna2 yang kita persembahan yang kita berikan antara lain :
- warna merah : untuk keharmonisan rumah tangga, jodoh, cinta kasih
- warna biru : untuk berbakti
- warna kuning : untuk kesejahteraan, agar dagangan laku, usaha laris dsb
- warna putih: untuk penyucian
- warna hitam : untuk penaklukan (abhicaruka)

Jika dalam keadaan sehari-hari persembahan kepada Dewa bumi pun dapat dilakukan(tanpa menggunakan mudra persembahan), cukup menyediakan 1 piring makanan, dan visualisasikan Dewa bumi menerima persembahan kita dengan tersenyum, yah anggap saja kita mempunyai tambahan 1 anggota keluarga lagi (acarya kembali berguyon).
Sebagai sadhaka yang rajin bersadhana, maka Dewa bumi pun akan mengetahui dan melindungi diri kita. Bahkan bisa saja sewaktu kita bersadhana, tingkatan Dewa bumi bisa melampaui tingkatan dari sadhaka tersebut (atau sebaliknya). Karena sebagai Dewa, tingkatannya pasti akan lebih cepat mencapai pencerahan dibandingkan dengan umat biasa. Untuk itu persembahan kepada Dewa bumi perlu agar bisa membantunya menuju alam yang lebih baik lagi, dan membantu menolong sesama makhluk mencapai kebuddhaan.

Dewa bumi dapat pula kita daftarkan namanya pada upacara Api Homa agar dapat Dewa bumi tersebut dapat mendapatkan berkah dharma dan mungkin penyeberangan ke alam yang lebih tinggi lagi. Jika Dewa bumi mendapatkan kelahiran di alam yang lebih tinggi, maka jabatan Dewa bumi di lokasi tersebut akan digantikan oleh Dewa bumi yang lainnya, demikian seterusnya.
Mudah2an dengan demikian, kita bersama2 dapat mencapai kebuddhaan seperti yang kita inginkan.

Pada akhir sesi ada yang mengajukan pertanyaan mengenai Dewa bumi :
1. Cara sembahyang Dewa bumi sehari2 ?
Jawaban : Gunakan 5 batang dupa dan panjatkan mantra sukhavati Vyuha Dharani(3,5,7 atau 21 x) dan jangan lupa visualisasi Dewa Bumi diberkati oleh Buddha Amitabha atau Maha Guru dengan cahaya merah, seperti yang dijelaskan tadi.
2. Bagaimana dengan persembahan yang sudah disembahyangkan, apakah kita boleh memakannya? Ada yang bilang itu makanan itu sudah dimakan roh, dan tidak baik!
Jawaban: boleh saja kita memakannya, jika tidak sayang mubazir, kita cukup visualisasikan aha Guru atau amitabha Buddha menyinari dan memberikan pemberkatan (sinar merah) ke makanan itu tadi. Dan makanan tadi sudah boleh kita makan.

Demikianlah ringkasan Dharmadesana “Tu Ti Pak Kung’ yang disampaikan oleh Acarya Lian Qiao.
OM MANI PADME HUM

Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/tu-ti-pak-kung-dewa-bumi.html