SEJARAH KEHIDUPAN DEWA CHIKUNG
Ji Gong ataupun chikung dilahirkan dengan nama Li Xiuyuan yang merupakan anak dari Li Maochun. Li Maochun adalah seorang penasehat militer yang sangat dermawan. Hanya saja sejak menikah sampai mencapai usia setengah baya, Li Maochun belum dikaruniai seorang anak. Hal itu membuat para kenalan Li Maochun meragukan kebaikan hatinya. Istri dari Li Maochun adalah seorang yang baik hati dan taat dengan ajaran agama, menyarankan agar Li Maochun untuk menikah lagi. Tapi Li Maochun menolaknya karena merasa istrinya masih muda dan bisa memberikan keturunan. Karena ingin dikaruniai anak, maka suami istri ini merencanakan berangkat ke suatu vihara agar dikaruniai seorang anak. Bahkan sebelum berangkat sang istri sempat cia cai (vegetarian). Pada saat berdoa di ruang Lohan di vihara tersebut, salah satu patung lohan yang ada seakan2 turun ke lantai. Saat melihat hal tersebut kepala vihara menyampaikan selamat kepada Li Maochun karena akan di karuniai anak.
Tak lama kemudian Li Maochun dikaruniai anak laki2 yang diberi nama Li Xiuyuan. Tak lama Li Xiuyuan lahir, Li Maochun meninggal. Sejak saat itu Li Xiuyuan diasuh oleh ibunya yang tetap setia kepada Li Maochun. Saking setianya ibu Li Xiuyuan, mencatat segala sesuatu yang dikerjakannya setiap hari dan membakarnya agar suaminya (Li Maochun) tahu apa saja yang dia kerjakan. Li Xiuyuan tumbuh menjadi anak yang pintar, bahkan sangat pintar. Saat berusia 7 tahun, Li Xiuyuan sudah dapat menghapal kitab suci dan bahkan mengalahkan teman belajarnya yang lebih tua. Saat berusia 15 tahun , ibunya meninggal dunia. Saat itu Li Xiuyuan yang sangat sedih makin giat belajar agama Buddha. Paman dari Li Xiuyuan merasa khawatir karena Li Xiuyuan selalu membaca kitab suci agama Buddha. Setelah beberapa lama, saat itu sang paman merasa Li Xiuyuan sudah cukup umur untuk menikah, maka hal ini dibicarakan dengan Li Xiuyuan. Li Xiuyuan menolaknya, tapi sang paman tetap mendesak dan akhirnya memilihkan jodoh untuknya. Saat akan menikah, Li Xiuyuan pergi dari rumah karena ingin mempelajari agama Buddha lebih mendalam dan menjadi Bhikkhu.
Setelah berjalan jauh, tibalah Li Xiuyuan di vihara Ling Yin. Setelah menceritakan kepada Bhikkhu Kepala maksudnya untuk menjadi seorang Bhikkhu, Li Xiuyuan jatuh pingsan karena kelaparan. Bhikkhu kepala yang mengetahui jati diri Li Xiuyuan adalah titisan Lohan Penakluk Naga bertubuh emas , maka sang Bhikkhu kepala mengetok dahi Li Xiuyuan sebanyak tiga kali. Li Xiuyuan tiba2 sadar dan mengetahui siapa dirinya. Oleh Bhikkhu kepala, Li Xiuyuan diberi nama Bhikkhu (bukan Ji Gong / Chi Kung)
Setelah menjadi Bhikkhu, Li Xiuyuan sering menganggu bhikkhu lain yang kurang melatih diri. Sering kali Li Xiuyuan mencuri jubah bhikkhu yang kurang taat dan mengadaikannya untuk membeli arak atau daging. wakil Bhikkhu kepala yang gila hormat juga jadi salah satu korbannya, dimana jubah dari Wakil Bhikkhu kepala ini digadaikan oleh Li Xiuyuan. Sang wakil sempat mengadukannya kepada Bhikkhu kepala, tapi Bhikkhu kepala mengabaikan laporan tersebut dan meminta buktinya. Oleh karena itu, Wakil Bhikkhu Kepala itu menyuruh 2 orang bhikkhu untuk mengawasi Li Xiuyuan untuk menangkap basah perbuatan Li Xiuyuan. Suatu siang, Li Xiuyuan memasuki perpustakaan untuk tidur, saat akan tidur, tiba2 Li Xiuyuan bangun dan melakukan sesuatu sehingga perutnya menjadi gendut. Melihat hal ini, salah seorang dari bhikkhu pengawas memberitahu wakil kepala, yang kemudian mengajak Bhikkhu kepala untuk menangkap basah Li Xiuyuan. Saat itu sang Bhikkhu kepala merasa menyesal atas tindakan Li Xiuyuan karena beliau tidak bisa lagi melindunginya. Tibalah sang Bhikkhu kepala dan wakilnya serta para bhikkhu pengawas Li Xiuyuan di ruang perpustakaan. Sang Bikkhu kepala membangunkan Li Xiuyuan dan bertanya apakah Li Xiuyuan mencuri sesuatu. Li Xiuyuan menjawab dia tidak mencuri sesuatu. Sang wakil yang sudah merasa tidak suka, langsung menuduh dengan mengatakan apa yang ada di balik jubahnya. Kemudian Li Xiuyuan menjawab bukan apa2 dan membuka jubahnya, alhasil bukannya barang curian yang keluar melainkan debu dan sampah2. Pada saat itu Li Xiuyuan berkata, “saat ingin tidur, saya melihat ruangan ini sangat kotor, jadi saya membersihkannya”. Tapi karena tidak ada tempat sampah untuk sementara debu dan sampah2 tersebut dimasukkan kedalam jubahnya. Saat itu Bhikkhu kepala sangat senang dan malah menegur sang wakil untuk lebih bijaksana dan menyuruh Bhikkhu lain untuk membersihkan debu dan sampah tersebut. Setelah kejadian ini Li Xiuyuan lebih sering berada di luar vihara dan lebih dikenal sebagai Ji Gong.
Foto: Vihara Chi Kung Di kalimantan Barat
Karena sering berkelana menolong orang, dan orang2 yang ditolongnya semakin banyak, akhirnya Chi Kung mendapat julukan Chi Kung Hok Hud yang berarti Buddha Hidup Chi Kung.Chi Kung sendiri tidak pernah menyatakan bahwa dia telah mencapai tingkat Buddha, dan Gelar Buddha itu diberikan karena dia penuh cinta kasih dan suka menolong tanpa pandang bulu.
27 Nasihat Suci Buddha Chi Kung
- Seluruh kehidupan telah diatur oleh penguasa. Apalah yang mau dimohon?
- Hari ini tidak tahu masalah esok. Apalah yang mau di kuatirkan?
- Kalaulah tidak menghormati orang tua, lalu mengormati junjungan dunia. Apalah arti penghormatan itu?
- Kakak adik adalah bersaudara. Apalah yang perlu diperebutkan?
- Anak cucu punya rezeki masing-masing. Apalah yang perlu diperebutkan?
- Kalau belum mendapat keberuntungan. Apalah yang perlu dipaksakan?
- Didunia ini sulit menemukan kebahagiaan. Mengapa harus sedih?
- Berpakaianlah yang sederhana dan sopan. Apalah yang mau dipamerkan?
- Bagaimana lezatnya makanan, hanyalah sebatas lidah. Mengapa harus rakus?
- Setelah meninggal tidak sesen pun yang dibawa. Mengapa harus pelit?
- Senior meluku, junior memetik. Apalah yang mau diperebutkan?
- Disatu sisi mendapatkan, disisi lain kehilangan. Mengapa harus serakah?
- Tiga jengkal diatas kepala ada dewa. Mengapa harus mengelabui?
- Kedudukan, kekayaan, kemuliaan bagaikan mekarnya bunga. Apalah yang mau diangkuhkan?
- Kekayaan dan kemuliaan orang telah dirintis sebelumnya. Mengapa harus iri?
- Kehidupan lalu tidak membina, sekarang menderita. Mengapa harus mengeluh?
- Orang berjudi tidak akan ada hasil yang baik. Apalah yang mau dipermainkan?
- Membina rumah tangga dengan rajin dan hemat melebihi memohon bantuan orang lain. Apalah yang mau diboroskan?
- Kalau saling membalas dendam, kapanlah akan berakhir. Mengapa harus bermusuhan?
- Masalah dunia bagaikan bermain catur. Apalah yang mau diperhitungkan?
- Orang pintar adakalanya disesatkan oleh kepintarannya? Mengapa harus licik?
- Berdusta akan mengikis habis rejeki seumur hidup. Mengapa harus berdusta?
- Segala kesalahpahaman akhirnya akan jernih juga. Apalah yang mau diperdebatkan?
- Tiada seorangpun juga yang bebas dari masalah. Mengapa harus menyalahkan?
- Goa nurani didalam hati manusia, bukan digunung. Apalah yang mau dicari?
- Menipu orang adalah petaka, memaklumi orang adalah berkah. Apalah yang mau diramalkan?
- Sekali ajal menjemput segala akan berakhir. Apalah yang terus disibukkan?
Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/kehidupan-dewa-chikung.html