Klenteng merupakan rumah ibadah bagi masyarakat
Tionghoa yang memeluk kepercayaan Kong Hu Cu. Masing-masing dari
klenteng ini memiliki ciri khasnya sendiri. Ciri
khas berupa bangunan sampai jenis dewa yang dipercayain.artikel ini saya
ambil dari http://coffeeoriental.wordpress.com yang saya lengkapi
dengan sumber pelengkap lainnya dan saya sedikit ubah dan lengkapi agar
pemahaman lebih jelas.
Umumnya bangunan klenteng ini didominasi oleh warna
merah pekat, dengan ukiran-ukiran huruf cina dan arsitekturnya bercita
rasa oriental. Ada ritual ibadah yang biasanya dilakukan oleh orang Kong
Hu Cu yaitu membakar dupa wangi sambil berdoa ke patung Dewa /Dewi yang
dipercayai ada ‘Shen nya’. Sehingga apa yang mereka doa akan
tersampaikan ke dewa yang dimaksud.
Peralatan untuk ibadah juga tidak repot, hanya
sejumlah Hio yang sudah disediakan oleh pengurus klenteng. Tiap satu
colokkan dupa digunakan 1 batang hio sua atau 3 batang hio sua (umumnya 3 hio yang artinya mewakili 3 alam),
Untuk detail pemakaian hiosua bisa lihat di artikel saya di blog ini juga dengan topik tentang :
"Tata Cara Dan Makna Jumlah Batang Hio Sembahyang"
Untuk detail pemakaian hiosua bisa lihat di artikel saya di blog ini juga dengan topik tentang :
"Tata Cara Dan Makna Jumlah Batang Hio Sembahyang"
Selanjutnya ada sepasang lilin berwarna merah,
gula-gula, serta minyak sayur yang digunakan apabila ingin menambah
minyak di lampu lentera.
Menuangkan minyak saat pay2 di Kelenteng, dengan anggapan supaya jalan
hidupnya selalu diterangi dan jika sedang mengalami kesulitan akan tetap
ada jalan keluarnya.
Selesai melakukan pembakaran dupa ke masing-masing
patung dewa, ada satu lagi ritual bagi orang yang ingin bertanya
langsung ke ‘dewa’.
Bisa dengan pao pwe saja atau /meminta petunjuk dengan jiam sie
Arti Poa pwee :
1.Satu sisi buka dan yang satu tertup (Ya)
2.Dua duanya terbuka (tertawa)
3.Dua Duanya tertutup (tidak boleh)
“Tjiam Si” yaitu
mengocok sumpit bambu yang telah diberi nomor. Nantinya, si pengocok ini
terlebih dahulu menanyakan apa yang ingin ia ketahui, mulai dari jodoh,
keuangan, sampai masa depan.
Tata cara tjiam sie :
- seseorang harus melakukan permohonan melalui persembayangan terlebih dululu. Dengan cara menyebutkan nama dan usia dalam hati kemudian mengajukan permohonan di hadapan dewa
- melempar dua keping kayu berbentuk setengah lingkaran dengan masing-masing sisinya harus berlainan.(poa pwe) Jika hasil lemparan dua keping kayu tadi sama-sama menunjukkan sisa yang sama, maka orang yang akan diramal belum memperoleh izin dari sang dewa. Namun bila sebaliknya, dua keping kayu tadi menunjukkan sisi yang berbeda, maka boleh melakukan ramalan Ciam Si
- Pas kocok, kalo keluarnya lebih dari satu, harus diulang.
- Jika satu bilah kayu akan menghadap ke atas sedangkan lainnya ke bawah, berarti Shen bersedia menjawab pertanyaan.Dan bila sebatang bambu yang telah dikocok, jatuh ke tanah maka angka yang tertera di batang kayu, disesuaikan dengan secarik kertas yang ada di kotak ramalan atau bisa juga dengan cara mencabut urutan kertas yang tertempel didinding, menurut urutan angka yang keluar setelah dilakukan pengocokan. Setiap kertas dalam ramalan Ciam Si ini, memiliki syair dan ramalan yang berbeda-beda, berupa peruntungan karir, jodoh, rezeki dan kehidupan rumah tangga.
Ramalan ini biasanya oleh sebagian
masyarakat Tionghoa, dipercaya dapat menuntun mereka ke arah kebahagiaan
dan keberuntungan yang lebih baik, serta menghapus nasib jelek atau
minimal menguranginya, juga terkadang dimanfaatkan untuk memulai atau
mengembangkan bisnis dan meningkatkan karir serta menapak masa depan
yang lebih baik pada saat peruntungan sedang baik, dan bersikap
hati-hati saat peruntungan sedang menurun.
Sampai disini menarik bukan ritual ibadah umat Kong Hu Cu?
Terakhir, kalau semuanya sudah beres maka sekarang
melakukan pembakaran Kimcua di tempat yang telah disediakan. Tempat
ini seperti pagoda. Ada suatu kepercayaan juga sewaktu membakar Kim cua yaitu logo yang ada di Kimcua jangan dibalik saat
sedang dibakar lalu kertas itu dibiarkan dibakar secara alami, tidak
boleh ditusuk/dirusak .
Larangan Sembayang:
- Wanita yang sedang haid, dilarang untuk bersembahyang di Kelenteng (karena dianggap sedang kotor, dst.
- Orang yang sedang dalam keadaan “berdukacita keluarga dekat meninggal”