Sumber Ceramah Dharma Lian Shen Rinpoche Padmakumara Book 10
Hari ini saya ingin berbicara tentang "Hu" (jimat) karena banyak dari kalian datang dari luar
negri. Seorang siswa bertanya kepada saya lewat surat apakah hu yang telah ia bawa
selama bertahun tahun masih manjur. Ia ingin tahu apakah jimat nya itu masih
melindunginya. Karena pekerjaan nya mengharuskan ia banyak bepergian, hu yang
dibawanya sering terkena keringat badannya. Ia ingin tahu apakah bau badan nya telah
mengusir Budha dan Bodhisattva. Saya ingin membahas pertanyaan nya dalam kesempatan
ini.
Berapa lama sebuah Hu bertahan setelah "diisi"? Apakah ada masa jatuh tempo? Sebagian
orang berkata bahwa hu/jimat harus di "recharge" (dikuatkan kembali) sebulan sekali. Ada
yang bilang setahun sekali. Banyak orang kehilangan keyakinan mereka pada hu yang
mereka bawa karena mereka tidak yakin berapa lama kekuatan hu bertahan. Sebagian siswa
mengeluh bahwa mereka masih terjatuh sewaktu berjalan, mengalami kecelakaan
kecelakaan kecil sewaktu mereka tidak berada di rumah. Mereka bertanya tanya apakah hu
yang mereka bawa itu manjur atau tidak. Itu sebabnya saya ingin berbicara tentang hu pada
hari ini.
Apakah sebuah hu pelindung diri manjur atau tidak adalah tergantung keadaan pikiran anda.
Kita harus mempunyai keyakinan terhadap hu tersebut dan menunjukkan keyakinan kita itu.
Misalnya, saya menggantungkan sebuah Vajra Salib di mobil saya. Setiap pagi sebelum
mulai mengendarai mobil, saya akan beranjali dan memberi hormat pada vajra itu dengan
menjapa sebuah mantra. Bagaimana kita memberi hormat kepada hu yang kita pakai? Yang
perlu kita lakukan adalah melepaskannya dari badan dan menyentuhkannya ke dahi kita
dengan penuh rasa hormat sehari sekali dan kemudian memakainya lagi. Sebelum kita tidur,
mandi, atau pergi ke toilet, kita bisa melepaskannya. Bila kita ingin memakai nya lagi, kita
harus menyentuhkannya ke dahi kita terlebih dahulu. Menggunakan dahi kita untuk
menyentuh hu itu merupakan suatu bentuk penghormatan kepada Budha. Beranjali adalah
sebuah cara lain. Hu itu tidak pernah kehilangan kekuatannya. Jadi tidak perlu "diisi"
kembali.
Setiap kali kita melihat simbol pelindung seperti gambar Mahakala di pintu atau hu didalam
rumah orang, kita sebaiknya beranjali untuk menunjukkan hormat kita kepada mereka.
Begitu pula, kita harus menghormati altar sembahyang orang lain. Ini merupakan indikasi
bahwa "bila ada kemauan, maka ada Budha". Kita akan mengalami kontak batin dan
terlindungi. Asalkan kita menghormati hu itu, kita tidak perlu sampai melakukan maha
namaskara kepada hu itu atau memberi persembahan kepadanya. Hu yang kita pakai harus
ditempatkan di tempat yang bersih bila dilepaskan dari badan. Bila kita ingin memakainya
lagi, kita sentuhkan ke dahi terlebih dahulu. Ini untuk menunjukkan rasa hormat kepada dewa
hu itu. Bila kita lakukan setiap hari, ia akan melindungi kita. Mengenai mantra yang
digunakan, anda bisa gunakan "Om Mani Padme Hum" atau "Amitabha Budha". Bila kita
perlakukan hu itu seperti ada dewa didalamnya, maka hu itu akan melindungi kita. Bila kita
tidak perduli terhadap hu itu, menaruhnya sembarangan, memakainya sekali kali saja, hu itu
tidak akan manjur. (Kita boleh memakai hu sewaktu tidur). Ingat, hu akan melindungi kita bila
kita menaruh hormat dengan sepenuh hati.
Dalam Tantrayana, ada sebuah ilmu yang disebut "Chu Ji-Tuo" dimana orang menggunakan
kepalanya untuk menyentuh kaki Budha. Orang terlindungi oleh Budha bila kaki Budha
menyentuh kepala kita. Menyentuhkan hu ke dahi kita adalah juga "Chu Ji-Tuo". Saya harap
kalian semua sudah mengerti sekarang. Pendek kata, bila kita ingin hu menjadi manjur, bila
kita ingin para Budha memberkati kita setiap hari, kita harus menghormati hu itu. Ini adalah
cara yang benar dalam merawat/menghormati hu.
Om Mani Padme Hum.
Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2012/02/bagaimana-merawatmenghormati-hu-atau.html
Hari ini saya ingin berbicara tentang "Hu" (jimat) karena banyak dari kalian datang dari luar
negri. Seorang siswa bertanya kepada saya lewat surat apakah hu yang telah ia bawa
selama bertahun tahun masih manjur. Ia ingin tahu apakah jimat nya itu masih
melindunginya. Karena pekerjaan nya mengharuskan ia banyak bepergian, hu yang
dibawanya sering terkena keringat badannya. Ia ingin tahu apakah bau badan nya telah
mengusir Budha dan Bodhisattva. Saya ingin membahas pertanyaan nya dalam kesempatan
ini.
Berapa lama sebuah Hu bertahan setelah "diisi"? Apakah ada masa jatuh tempo? Sebagian
orang berkata bahwa hu/jimat harus di "recharge" (dikuatkan kembali) sebulan sekali. Ada
yang bilang setahun sekali. Banyak orang kehilangan keyakinan mereka pada hu yang
mereka bawa karena mereka tidak yakin berapa lama kekuatan hu bertahan. Sebagian siswa
mengeluh bahwa mereka masih terjatuh sewaktu berjalan, mengalami kecelakaan
kecelakaan kecil sewaktu mereka tidak berada di rumah. Mereka bertanya tanya apakah hu
yang mereka bawa itu manjur atau tidak. Itu sebabnya saya ingin berbicara tentang hu pada
hari ini.
Apakah sebuah hu pelindung diri manjur atau tidak adalah tergantung keadaan pikiran anda.
Kita harus mempunyai keyakinan terhadap hu tersebut dan menunjukkan keyakinan kita itu.
Misalnya, saya menggantungkan sebuah Vajra Salib di mobil saya. Setiap pagi sebelum
mulai mengendarai mobil, saya akan beranjali dan memberi hormat pada vajra itu dengan
menjapa sebuah mantra. Bagaimana kita memberi hormat kepada hu yang kita pakai? Yang
perlu kita lakukan adalah melepaskannya dari badan dan menyentuhkannya ke dahi kita
dengan penuh rasa hormat sehari sekali dan kemudian memakainya lagi. Sebelum kita tidur,
mandi, atau pergi ke toilet, kita bisa melepaskannya. Bila kita ingin memakai nya lagi, kita
harus menyentuhkannya ke dahi kita terlebih dahulu. Menggunakan dahi kita untuk
menyentuh hu itu merupakan suatu bentuk penghormatan kepada Budha. Beranjali adalah
sebuah cara lain. Hu itu tidak pernah kehilangan kekuatannya. Jadi tidak perlu "diisi"
kembali.
Setiap kali kita melihat simbol pelindung seperti gambar Mahakala di pintu atau hu didalam
rumah orang, kita sebaiknya beranjali untuk menunjukkan hormat kita kepada mereka.
Begitu pula, kita harus menghormati altar sembahyang orang lain. Ini merupakan indikasi
bahwa "bila ada kemauan, maka ada Budha". Kita akan mengalami kontak batin dan
terlindungi. Asalkan kita menghormati hu itu, kita tidak perlu sampai melakukan maha
namaskara kepada hu itu atau memberi persembahan kepadanya. Hu yang kita pakai harus
ditempatkan di tempat yang bersih bila dilepaskan dari badan. Bila kita ingin memakainya
lagi, kita sentuhkan ke dahi terlebih dahulu. Ini untuk menunjukkan rasa hormat kepada dewa
hu itu. Bila kita lakukan setiap hari, ia akan melindungi kita. Mengenai mantra yang
digunakan, anda bisa gunakan "Om Mani Padme Hum" atau "Amitabha Budha". Bila kita
perlakukan hu itu seperti ada dewa didalamnya, maka hu itu akan melindungi kita. Bila kita
tidak perduli terhadap hu itu, menaruhnya sembarangan, memakainya sekali kali saja, hu itu
tidak akan manjur. (Kita boleh memakai hu sewaktu tidur). Ingat, hu akan melindungi kita bila
kita menaruh hormat dengan sepenuh hati.
Dalam Tantrayana, ada sebuah ilmu yang disebut "Chu Ji-Tuo" dimana orang menggunakan
kepalanya untuk menyentuh kaki Budha. Orang terlindungi oleh Budha bila kaki Budha
menyentuh kepala kita. Menyentuhkan hu ke dahi kita adalah juga "Chu Ji-Tuo". Saya harap
kalian semua sudah mengerti sekarang. Pendek kata, bila kita ingin hu menjadi manjur, bila
kita ingin para Budha memberkati kita setiap hari, kita harus menghormati hu itu. Ini adalah
cara yang benar dalam merawat/menghormati hu.
Om Mani Padme Hum.
Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2012/02/bagaimana-merawatmenghormati-hu-atau.html