Friday, September 28, 2012

TA PAI SAN KAI FU MU

TA PAI SAN KAI FU MU ( Sitatapatra Bhagawati)

Kemarin 21 February 2012 saya baru dapat Abhiseka Sitatapatra Bhagawati BODHISATTVA  Oleh karena itu saya angkat tulisan mengenai TA PAI SAN KAI FU MU.


Kedahsyatan yang Tak Terhingga dari Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan Penangkis

Mantra : HOM MAMA HOM NI SOHA

(Ceramah Dharmaraja Buddha Lian Sheng di Rainbow Villa Usai Homa Sitatapatra Bhagawati )


Sembah sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye. Sembah sujud pada adinata homa Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan Penangkis, sembah sujud pada Triratna Mandala. Gurudhara, para acarya, dharmacarya, lama, para umat se-Dharma, selamat siang semuanya.

SITATAPATRA BHAGAWATI PEMBALIK DAN PENANGKIS TERLAHIR DARI LUBANG UBUN-UBUN SANG BUDDHA

Homa Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis yang diadakan hari ini memiliki makna yang sangat istimewa. Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis, kekuatan Dharma-Nya sangat tinggi, malah kedahsyatan-Nya tidak terhingga, oleh karena itu, Ia adalah Dharmapala, Dharmapalawati seluruh Buddha dan Bodhisattva. Di dalam kitab Sutra Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan Penangkis tercatat, karena perlindungan-Nya, lahirlah banyak Buddha.

Kelahiran Sitatapatra Bhagawati juga ada nidananya, tercatat di dalam Kitab Sutra-Nya, dulu setelah Sakyamuni Buddha menetap satu kurun waktu di dunia manusia, Ia merasa dunia sangat rumit, ada konflik politik, ada konflik antar manusia, ada konflik antar aliran agama, ada konflik antar umat se-Dharma, juga ada guru konflik dengan siswa, siswa konflik dengan guru, berbagai macam konflik, Ia muak sekali melihatnya, Ia ingin pergi vacation, Ia ingin istirahat, lebih baik ke mana? Sang Buddha berpikir di dunia manusia tidak ditemukan tempat vacation yang baik, waktu itu Sang Buddha di Hindustan, yakni India, selain Sungai Gangga, juga ada gunung salju. Gunung salju sama sekali tidak ada saljunya, karena nama gunung itu sendiri adalah gunung salju, di sana juga tidak menyenangkan, Ia juga sudah pernah ke gunung salju; sering minum air Sungai Gangga, tidak ada tempat lain yang bisa dikunjungi. Gunung dan sungai sudah tidak ada yang bisa dikunjungi. Begitu wangsit Sang Buddha bergerak, Ia pun teringat dengan surga. Yang pertama teringat oleh-Nya adalah Surga Trayastrimsa yang diceritakan dalam Agama Buddha, yakni tempat Kaisar Langit, Taoisme mengatakannya Yu Huang Da Di, juga penguasa surga tengah dari 33 surga.

Lantas, Sang Buddha pun menggunakan kaki dewa pergi vacation ke Surga Trayastrimsa. Di sana seharusnya sangat damai, hanya menikmati kebahagiaan, tidak ada penderitaan, namanya juga surga! Surga Trayastrimsa dari Alam Karmadhatu. Vacation tetntu saja tidak seperti vacation di Amerika Serikat di mana orang-orang pergi ke tepi laut untuk berjemur matahari, berenang, memancing ikan, membaca buku di bawah payung matahari, ada yang membebaskan diri ke Nude Mile. Sang Buddha bukan, Ia pergi ke Surga Trayastrimsa, mengundang Penguasa Surga Trayastrimsa memberikan-Nya sebuah kamar, Ia bermeditasi dan tidur dengan baik di dalamnya, tidak peduli dengan hal-hal duniawi, apapun dilupakan.

Tepat saat Ia sedang vacation di Surga Trayastrimsa, Sang Buddha tengah tertidur, tiba-tiba terdengar teriakan pembunuhan di luar Istana Surga Trayastrimsa, sekawanan besar bala tentara menyerang Surga Trayastrimsa, Sang Buddha sangat terkejut. Tempat istana langit ini didominasi oleh sukha, tidak ada dukha, mana ada suara teriakan pembunuhan. Penguasa Surga Trayastrimsa pun buru-buru melapor pada Sang Buddha, memohon pertolongan Sang Buddha. Penguasa Surga Trayastrimsa berkata, Raja Asura memimpin seluruh bala tentara menyerang Surga Trayastrimsa.

Sang Buddha berpikir bahwa perang di dunia manusia sudah sangat hebat, di India, negara besar menelan negara kecil, negara kecil memikul upeti yang berat, rakyat hidup sengsara, Raja Vaidurya pun telah membinasakan Suku Sakya, di dunia manusia pun Sakyamuni Buddha tidak bisa pulang walau punya rumah sekali pun. Ia tak menyangka di surga juga ada perang, Raja Asura memimpin bala tentara menyerang Kota Trayastrimsa. Penguasa Surga Trayastrimsa memohon pertolongan Sang Buddha.

Sakyamuni Buddha berpikiran bahwa Ia bertamu di sini, lagipula orang lain telah melayani dengan sangat baik, sekarang orang lain sedang terjadi peperangan, kalau Ia kabur begitu saja, ini juga tidak benar, apalagi Penguasa Surga Trayastrimsa telah memohon pada-Nya. Saat ini, Sang Buddha pun menitiskan sesosok Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis dari lubang ubun-ubun kepala-Nya, juga bertangan dan bermata seribu, Ia bahkan memegang sebuah payung putih berukuran besar. Sitatapatra berubah menjadi sebuah tudung vajra yang berwarna putih, yang namanya vajra adalah tidak terhancurkan, sangat kokoh, tudung vajra yang sangat kuat, makin lama makin luas, menangkis seluruh istana Trayastrimsa.

Raja Asura memimpin bala tentara memanah tudung vajra, sekali panah, anak panah pun patah; memancung tudung vajra dengan golok, golok pun patah, sekeliling Istana Trayastrimsa pun ditangkis dengan tudung vajra dari Sitatapatra. Kalian boleh visualisasi payung ini menutupi seluruh penjuru, sehingga Istana Trayastrimsa pun tertutup, seluruh rakyat dan penguasa Surga Trayastrimsa pun berada di dalam lingkup payung pusaka, tidak ada satu benda pun yang bisa menghancurkan Sitatapatra. Raja Asura telah menghabiskan kekuatan 9 ekor lembu dan 2 ekor harimau (kekuatan yang maha besar) pun tidak dapat membuka tudung vajra, lebih baik mundur saja. Sehingga, Surga Trayastrimsa pun berhasil ditolong oleh Sang Buddha. Oleh karena itu, sebab kelahiran Sitatapatra Bhagawati adalah Bhagawati pembalik dan penangkis yang menjelma dari ubun-ubun kepala Sakyamuni Buddha.

Sang Buddha bertanya pada Penguasa Surga Trayastrimsa, "Apa yang telah Anda lakukan sehingga Raja Asura bisa murka?" Penyebabnya ada dua. Penguasa Surga Trayastrimsa menjelaskan dengan penuh malu, karena saya menginjak di dua perahu. Asura pria sangat jeleknya, tak disangka Asura wanita justru sangat cantik, Penguasa Trayastrimsa pun memperistri putri Raja Asura dan dijadikan permaisuri, yakni ratu. Namun, wajah yang cantik kalau sudah lama dipandang juga akan bosan. Oleh karena itu, belakangan Penguasa Surga Trayastrimsa pun menaksir dayang istana yang cantik jelita, juga memperistrinya. Permaisuri murka, pulang dan melapor pada Raja Asura, mengatakan bahwa Penguasa Surga Trayastrimsa mencampakkannya. Raja Asura sangat marah, saya menikahkan putri saya padamu untuk menjalin hubungan baik antar 2 kerajaan! Kini, Penguasa Surga Trayastrimsa menindas sang permaisuri, makanya, Raja Asura pun mengutus bala tentara untuk menyerang Istana Trayastrimsa.

KEKUATAN SITATAPATRA BHAGAWATI PEMBALIK DAN PENANGKIS SANGAT BESAR

Masih ada alasan kedua, suatu kali Raja Asura sedang merayakan ulangtahunnya di dasar laut, seluruh asura pun berkumpul, mereka datang memotong kue tar dari pisau kecil hingga pisau besar, satu orang satu potong, semua orang bersenang-senang di arena yang sangat luas di dasar laut. Tiba-tiba di angkasa lewat sekawanan orang, yakni Dewa Trayastrimsa membawa sekawanan jenderal istana sedang patroli memeriksa dunia, dari tengah angkasa melewati permukaan laut asura. Saat Raja Asura yang tengah berulangtahun melihat angkasa, mengapa Penguasa Surga Trayastrimsa membawa sekawanan bala tentara lewat di atas kepala saya, berarti tidak menghormati saya. Mengapa Ia boleh lewat di atas saya, bukan di bawah saya, ini sengaja menantang saya, saya tidak tahan. Justru karena kedua alasan ini, Raja Asura sangat murka, lantas membawa seluruh bala tentara menyerang Surga Trayastrimsa, membunuh hingga bala tentara Istana Trayastrimsa pun terpukul mundur, lalu bersembunyi di dalam Istana Trayastrimsa, pada akhirnya Sang Buddha pun dibangunkan. Untung Sang Buddha mengeluarkan Sitatapatra Bhagawati, akhirnya Surga Trayastrimsa pun selamat. Oleh karena itu, Sitatapatra Bhagawati sangat dahsyat. Anda lihat saja Raja Asura memiliki kekuatan Dharma yang sangat luar biasa, juga tidak dapat mengalahkan kekuatan Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis.

Apa yang dimaksud dengan pembalik dan penangkis? "Pembalik" artinya sebesar apapun kekuatan Dharma yang Anda miliki, saya balikkan pada Anda. Apa yang dimaksud dengan "penangkis"? Yakni, sebesar apapun kekuatan Dharma Anda, Ia pun ditangkis. Oleh karena itu, kebaikan Sitatapatra Bhagawati adalah Ia sendiri adalah adinata penakluk, juga termasuk dewa vajra, yakni dewa vajra orde ibu, yakni termasuk dewa vajra aspek kebijaksanaan, oleh karena itu, Ia sendiri juga tidak rusak, juga vajra, juga mahabala, juga kokoh. Jika Anda menekuni yidam yang satu ini, Anda tentu tidak takut guna-guna, Anda visualisasi Sitatapatra naik ke tengah angkasa, tudung vajra-Nya menutupi, seluruh ilmu sihir pun tidak dapat mengenai, semua bencana pun menyingkir, oleh karena itu, seluruh hal negatif pun dibalik dan ditangkis, makanya Ia termasuk adinata penaklukan, tidak hanya menaklukkan guna-guna, juga bisa menaklukkan semua setan jahat, semua Mara, bahkan Asura, semua karma buruk pun tidak akan muncul. Mengertikah Anda?

Kita orang yang belajar Agama Buddha, walaupun punya hati yang lapang, kita selalu memaafkan orang lain, keras terhadap diri sendiri, namun memaklumi orang lain. Kita pun selalu melakukan hal-hal positif. Namun, walau demikian pun, bisa terjadi hal-hal yang mengganggu di dunia ini di luar dugaan Anda, oleh karena itu, Sang Buddha pun pergi vacation di Istana Surga Trayastrimsa.

Kemarin malam, saya merasa di dalam tidur saya, tiba-tiba seseorang menggunakan dua buah gunung menindih saya, supaya saya menjadi daging cincang, untung kedua kaki saya menjelmakan dua kuntum teratai, menahan diri saya, lalu terbang ke puncak gunung. Begitu gunung menjepit, saya tepat berdiri di puncak gunung. Kemudian ada lagi orang yang menggunakan kekuatan Dharma, mengundang semua naga untuk mendatangkan air bah, lalu menghanyutkan gunung tempat saya berdiri, untung kedua kuntum teratai saya itu menahan diri saya, kabur lagi ke tengah angkasa, saya pun mengapung di atas permukaan laut, teratai saya naik setinggi ombak. Saya merasa sangat baik, banyak orang bertepuk tangan di bawah, wah! Bagus! Permainan kesaktian demikian sangat bagus! Kelak jika memperagakan permainan kesaktian demikian, pasti banyak orang bersarana. (Mahaguru tertawa)

Saya pikir suatu hari jika otak saya "xiudou", jika saya turun dari lantai dua ke lantai dasar dengan kaki ditopang oleh teratai, memperagakan permaianan kesaktian, saya mungkin pergi mengunjungi dokter ahli tulang. (Mahaguru tertawa) Itu di dalam mimpi! Ada fenomena demikian. Waktu itu, dalam hati saya berpikir, apa yang harus saya lakukan? Bahkan ada orang yang menjepit dengan gunung, ada orang yang menghanyutkan dengan air bah, untung kedua kuntum teratai putih menahan diri saya, terus naik ke atas. Saya juga ingin mengatakan bahwa saya sama dengan Sang Buddha, dunia manusia memang tidak nyaman ditinggali, saya seharusnya sesekali pergi vacation sejenak di surga saat tengah malam. Anda tahu orang bule suka sekali vacation, setelah bergelut dalam pekerjaan selama satu kurun waktu, lalu keluar bermain, mengendurkan suasana hati, tidak seperti kita orang China, ada workalkholic, satu orang menggeluti 2 macam pekerjaan pun masih belum puas, masih harus menggeluti 3 jenis pekerjaan, barangkali selama waktu luang dari tiga pekerjaan pun masih pergi mengerjakan kerja sampingan. Orang China mengutamakan mencari nafkah, orang bule mengutamakan vacation. Orang lain sedang menikmati hidup, kita sedang mati-matian mencari nafkah. Kalau Mahaguru justru sedang mati-matian membabarkan Dharma. Dipikir-pikir! Saat harus berwisata, seharusnya berwisata, ini baru benar. Saya sarankan pada para budiman, para arya, para ibu, kalau Anda sendiri telah lelah bekerja, pergilah vacation. Sewaktu vacation, perhatikan sejenak, mohon sejenak Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan Penangkis, agar Anda berwisata, walaupun keluar atau pulang, segalanya aman sentosa dan sejahtera. Om Mani Padme Hum.

Sumber : 

Bagaimana Merawat/Menghormati "Hu" Atau Jimat (Talisman)

Sumber Ceramah Dharma Lian Shen Rinpoche Padmakumara Book 10

Hari ini saya ingin berbicara tentang "Hu" (jimat) karena banyak dari kalian datang dari luar
negri. Seorang siswa bertanya kepada saya lewat surat apakah hu yang telah ia bawa
selama bertahun tahun masih manjur. Ia ingin tahu apakah jimat nya itu masih
melindunginya. Karena pekerjaan nya mengharuskan ia banyak bepergian, hu yang
dibawanya sering terkena keringat badannya. Ia ingin tahu apakah bau badan nya telah
mengusir Budha dan Bodhisattva. Saya ingin membahas pertanyaan nya dalam kesempatan
ini.
Berapa lama sebuah Hu bertahan setelah "diisi"? Apakah ada masa jatuh tempo? Sebagian
orang berkata bahwa hu/jimat harus di "recharge" (dikuatkan kembali) sebulan sekali. Ada
yang bilang setahun sekali. Banyak orang kehilangan keyakinan mereka pada hu yang
mereka bawa karena mereka tidak yakin berapa lama kekuatan hu bertahan. Sebagian siswa
mengeluh bahwa mereka masih terjatuh sewaktu berjalan, mengalami kecelakaan
kecelakaan kecil sewaktu mereka tidak berada di rumah. Mereka bertanya tanya apakah hu
yang mereka bawa itu manjur atau tidak. Itu sebabnya saya ingin berbicara tentang hu pada
hari ini.
Apakah sebuah hu pelindung diri manjur atau tidak adalah tergantung keadaan pikiran anda.
Kita harus mempunyai keyakinan terhadap hu tersebut dan menunjukkan keyakinan kita itu.
Misalnya, saya menggantungkan sebuah Vajra Salib di mobil saya. Setiap pagi sebelum
mulai mengendarai mobil, saya akan beranjali dan memberi hormat pada vajra itu dengan
menjapa sebuah mantra. Bagaimana kita memberi hormat kepada hu yang kita pakai? Yang
perlu kita lakukan adalah melepaskannya dari badan dan menyentuhkannya ke dahi kita
dengan penuh rasa hormat sehari sekali dan kemudian memakainya lagi. Sebelum kita tidur,
mandi, atau pergi ke toilet, kita bisa melepaskannya. Bila kita ingin memakai nya lagi, kita
harus menyentuhkannya ke dahi kita terlebih dahulu. Menggunakan dahi kita untuk
menyentuh hu itu merupakan suatu bentuk penghormatan kepada Budha. Beranjali adalah
sebuah cara lain. Hu itu tidak pernah kehilangan kekuatannya. Jadi tidak perlu "diisi"
kembali.
Setiap kali kita melihat simbol pelindung seperti gambar Mahakala di pintu atau hu didalam
rumah orang, kita sebaiknya beranjali untuk menunjukkan hormat kita kepada mereka.
Begitu pula, kita harus menghormati altar sembahyang orang lain. Ini merupakan indikasi
bahwa "bila ada kemauan, maka ada Budha". Kita akan mengalami kontak batin dan
terlindungi. Asalkan kita menghormati hu itu, kita tidak perlu sampai melakukan maha
namaskara kepada hu itu atau memberi persembahan kepadanya. Hu yang kita pakai harus
ditempatkan di tempat yang bersih bila dilepaskan dari badan. Bila kita ingin memakainya
lagi, kita sentuhkan ke dahi terlebih dahulu. Ini untuk menunjukkan rasa hormat kepada dewa
hu itu. Bila kita lakukan setiap hari, ia akan melindungi kita. Mengenai mantra yang
digunakan, anda bisa gunakan "Om Mani Padme Hum" atau "Amitabha Budha". Bila kita
perlakukan hu itu seperti ada dewa didalamnya, maka hu itu akan melindungi kita. Bila kita
tidak perduli terhadap hu itu, menaruhnya sembarangan, memakainya sekali kali saja, hu itu
tidak akan manjur. (Kita boleh memakai hu sewaktu tidur). Ingat, hu akan melindungi kita bila
kita menaruh hormat dengan sepenuh hati.
Dalam Tantrayana, ada sebuah ilmu yang disebut "Chu Ji-Tuo" dimana orang menggunakan
kepalanya untuk menyentuh kaki Budha. Orang terlindungi oleh Budha bila kaki Budha
menyentuh kepala kita. Menyentuhkan hu ke dahi kita adalah juga "Chu Ji-Tuo". Saya harap
kalian semua sudah mengerti sekarang. Pendek kata, bila kita ingin hu menjadi manjur, bila
kita ingin para Budha memberkati kita setiap hari, kita harus menghormati hu itu. Ini adalah
cara yang benar dalam merawat/menghormati hu.
Om Mani Padme Hum.

Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2012/02/bagaimana-merawatmenghormati-hu-atau.html

TAN PAI SAN KAI FU MU

TAN PAI SAN KAI FU MU ( SITATAPATRA BODHISATTVA )

 Tgl 21 feb 2012 saya baru mendapat abhiseka TAN PAI SAN KAI FU MU ( SITATAPATRA BODHISATTVA ) oleh karena itu saya mengangkat tulisan tentangnya


Kedahsyatan yang Tak Terhingga dari Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan Penangkis
(Ceramah Dharmaraja Buddha Lian Sheng di Rainbow Villa Usai Homa Sitatapatra Bhagawati )


Sembah sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye. Sembah sujud pada adinata homa Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan Penangkis, sembah sujud pada Triratna Mandala. Gurudhara, para acarya, dharmacarya, lama, para umat se-Dharma, selamat siang semuanya.

SITATAPATRA BHAGAWATI PEMBALIK DAN PENANGKIS TERLAHIR DARI LUBANG UBUN-UBUN SANG BUDDHA

Homa Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis yang diadakan hari ini memiliki makna yang sangat istimewa. Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis, kekuatan Dharma-Nya sangat tinggi, malah kedahsyatan-Nya tidak terhingga, oleh karena itu, Ia adalah Dharmapala, Dharmapalawati seluruh Buddha dan Bodhisattva. Di dalam kitab Sutra Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan Penangkis tercatat, karena perlindungan-Nya, lahirlah banyak Buddha.

Kelahiran Sitatapatra Bhagawati juga ada nidananya, tercatat di dalam Kitab Sutra-Nya, dulu setelah Sakyamuni Buddha menetap satu kurun waktu di dunia manusia, Ia merasa dunia sangat rumit, ada konflik politik, ada konflik antar manusia, ada konflik antar aliran agama, ada konflik antar umat se-Dharma, juga ada guru konflik dengan siswa, siswa konflik dengan guru, berbagai macam konflik, Ia muak sekali melihatnya, Ia ingin pergi vacation, Ia ingin istirahat, lebih baik ke mana? Sang Buddha berpikir di dunia manusia tidak ditemukan tempat vacation yang baik, waktu itu Sang Buddha di Hindustan, yakni India, selain Sungai Gangga, juga ada gunung salju. Gunung salju sama sekali tidak ada saljunya, karena nama gunung itu sendiri adalah gunung salju, di sana juga tidak menyenangkan, Ia juga sudah pernah ke gunung salju; sering minum air Sungai Gangga, tidak ada tempat lain yang bisa dikunjungi. Gunung dan sungai sudah tidak ada yang bisa dikunjungi. Begitu wangsit Sang Buddha bergerak, Ia pun teringat dengan surga. Yang pertama teringat oleh-Nya adalah Surga Trayastrimsa yang diceritakan dalam Agama Buddha, yakni tempat Kaisar Langit, Taoisme mengatakannya Yu Huang Da Di, juga penguasa surga tengah dari 33 surga.

Lantas, Sang Buddha pun menggunakan kaki dewa pergi vacation ke Surga Trayastrimsa. Di sana seharusnya sangat damai, hanya menikmati kebahagiaan, tidak ada penderitaan, namanya juga surga! Surga Trayastrimsa dari Alam Karmadhatu. Vacation tetntu saja tidak seperti vacation di Amerika Serikat di mana orang-orang pergi ke tepi laut untuk berjemur matahari, berenang, memancing ikan, membaca buku di bawah payung matahari, ada yang membebaskan diri ke Nude Mile. Sang Buddha bukan, Ia pergi ke Surga Trayastrimsa, mengundang Penguasa Surga Trayastrimsa memberikan-Nya sebuah kamar, Ia bermeditasi dan tidur dengan baik di dalamnya, tidak peduli dengan hal-hal duniawi, apapun dilupakan.

Tepat saat Ia sedang vacation di Surga Trayastrimsa, Sang Buddha tengah tertidur, tiba-tiba terdengar teriakan pembunuhan di luar Istana Surga Trayastrimsa, sekawanan besar bala tentara menyerang Surga Trayastrimsa, Sang Buddha sangat terkejut. Tempat istana langit ini didominasi oleh sukha, tidak ada dukha, mana ada suara teriakan pembunuhan. Penguasa Surga Trayastrimsa pun buru-buru melapor pada Sang Buddha, memohon pertolongan Sang Buddha. Penguasa Surga Trayastrimsa berkata, Raja Asura memimpin seluruh bala tentara menyerang Surga Trayastrimsa.

Sang Buddha berpikir bahwa perang di dunia manusia sudah sangat hebat, di India, negara besar menelan negara kecil, negara kecil memikul upeti yang berat, rakyat hidup sengsara, Raja Vaidurya pun telah membinasakan Suku Sakya, di dunia manusia pun Sakyamuni Buddha tidak bisa pulang walau punya rumah sekali pun. Ia tak menyangka di surga juga ada perang, Raja Asura memimpin bala tentara menyerang Kota Trayastrimsa. Penguasa Surga Trayastrimsa memohon pertolongan Sang Buddha.

Sakyamuni Buddha berpikiran bahwa Ia bertamu di sini, lagipula orang lain telah melayani dengan sangat baik, sekarang orang lain sedang terjadi peperangan, kalau Ia kabur begitu saja, ini juga tidak benar, apalagi Penguasa Surga Trayastrimsa telah memohon pada-Nya. Saat ini, Sang Buddha pun menitiskan sesosok Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis dari lubang ubun-ubun kepala-Nya, juga bertangan dan bermata seribu, Ia bahkan memegang sebuah payung putih berukuran besar. Sitatapatra berubah menjadi sebuah tudung vajra yang berwarna putih, yang namanya vajra adalah tidak terhancurkan, sangat kokoh, tudung vajra yang sangat kuat, makin lama makin luas, menangkis seluruh istana Trayastrimsa.

Raja Asura memimpin bala tentara memanah tudung vajra, sekali panah, anak panah pun patah; memancung tudung vajra dengan golok, golok pun patah, sekeliling Istana Trayastrimsa pun ditangkis dengan tudung vajra dari Sitatapatra. Kalian boleh visualisasi payung ini menutupi seluruh penjuru, sehingga Istana Trayastrimsa pun tertutup, seluruh rakyat dan penguasa Surga Trayastrimsa pun berada di dalam lingkup payung pusaka, tidak ada satu benda pun yang bisa menghancurkan Sitatapatra. Raja Asura telah menghabiskan kekuatan 9 ekor lembu dan 2 ekor harimau (kekuatan yang maha besar) pun tidak dapat membuka tudung vajra, lebih baik mundur saja. Sehingga, Surga Trayastrimsa pun berhasil ditolong oleh Sang Buddha. Oleh karena itu, sebab kelahiran Sitatapatra Bhagawati adalah Bhagawati pembalik dan penangkis yang menjelma dari ubun-ubun kepala Sakyamuni Buddha.

Sang Buddha bertanya pada Penguasa Surga Trayastrimsa, "Apa yang telah Anda lakukan sehingga Raja Asura bisa murka?" Penyebabnya ada dua. Penguasa Surga Trayastrimsa menjelaskan dengan penuh malu, karena saya menginjak di dua perahu. Asura pria sangat jeleknya, tak disangka Asura wanita justru sangat cantik, Penguasa Trayastrimsa pun memperistri putri Raja Asura dan dijadikan permaisuri, yakni ratu. Namun, wajah yang cantik kalau sudah lama dipandang juga akan bosan. Oleh karena itu, belakangan Penguasa Surga Trayastrimsa pun menaksir dayang istana yang cantik jelita, juga memperistrinya. Permaisuri murka, pulang dan melapor pada Raja Asura, mengatakan bahwa Penguasa Surga Trayastrimsa mencampakkannya. Raja Asura sangat marah, saya menikahkan putri saya padamu untuk menjalin hubungan baik antar 2 kerajaan! Kini, Penguasa Surga Trayastrimsa menindas sang permaisuri, makanya, Raja Asura pun mengutus bala tentara untuk menyerang Istana Trayastrimsa.

KEKUATAN SITATAPATRA BHAGAWATI PEMBALIK DAN PENANGKIS SANGAT BESAR

Masih ada alasan kedua, suatu kali Raja Asura sedang merayakan ulangtahunnya di dasar laut, seluruh asura pun berkumpul, mereka datang memotong kue tar dari pisau kecil hingga pisau besar, satu orang satu potong, semua orang bersenang-senang di arena yang sangat luas di dasar laut. Tiba-tiba di angkasa lewat sekawanan orang, yakni Dewa Trayastrimsa membawa sekawanan jenderal istana sedang patroli memeriksa dunia, dari tengah angkasa melewati permukaan laut asura. Saat Raja Asura yang tengah berulangtahun melihat angkasa, mengapa Penguasa Surga Trayastrimsa membawa sekawanan bala tentara lewat di atas kepala saya, berarti tidak menghormati saya. Mengapa Ia boleh lewat di atas saya, bukan di bawah saya, ini sengaja menantang saya, saya tidak tahan. Justru karena kedua alasan ini, Raja Asura sangat murka, lantas membawa seluruh bala tentara menyerang Surga Trayastrimsa, membunuh hingga bala tentara Istana Trayastrimsa pun terpukul mundur, lalu bersembunyi di dalam Istana Trayastrimsa, pada akhirnya Sang Buddha pun dibangunkan. Untung Sang Buddha mengeluarkan Sitatapatra Bhagawati, akhirnya Surga Trayastrimsa pun selamat. Oleh karena itu, Sitatapatra Bhagawati sangat dahsyat. Anda lihat saja Raja Asura memiliki kekuatan Dharma yang sangat luar biasa, juga tidak dapat mengalahkan kekuatan Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis.

Apa yang dimaksud dengan pembalik dan penangkis? "Pembalik" artinya sebesar apapun kekuatan Dharma yang Anda miliki, saya balikkan pada Anda. Apa yang dimaksud dengan "penangkis"? Yakni, sebesar apapun kekuatan Dharma Anda, Ia pun ditangkis. Oleh karena itu, kebaikan Sitatapatra Bhagawati adalah Ia sendiri adalah adinata penakluk, juga termasuk dewa vajra, yakni dewa vajra orde ibu, yakni termasuk dewa vajra aspek kebijaksanaan, oleh karena itu, Ia sendiri juga tidak rusak, juga vajra, juga mahabala, juga kokoh. Jika Anda menekuni yidam yang satu ini, Anda tentu tidak takut guna-guna, Anda visualisasi Sitatapatra naik ke tengah angkasa, tudung vajra-Nya menutupi, seluruh ilmu sihir pun tidak dapat mengenai, semua bencana pun menyingkir, oleh karena itu, seluruh hal negatif pun dibalik dan ditangkis, makanya Ia termasuk adinata penaklukan, tidak hanya menaklukkan guna-guna, juga bisa menaklukkan semua setan jahat, semua Mara, bahkan Asura, semua karma buruk pun tidak akan muncul. Mengertikah Anda?

Kita orang yang belajar Agama Buddha, walaupun punya hati yang lapang, kita selalu memaafkan orang lain, keras terhadap diri sendiri, namun memaklumi orang lain. Kita pun selalu melakukan hal-hal positif. Namun, walau demikian pun, bisa terjadi hal-hal yang mengganggu di dunia ini di luar dugaan Anda, oleh karena itu, Sang Buddha pun pergi vacation di Istana Surga Trayastrimsa.

Kemarin malam, saya merasa di dalam tidur saya, tiba-tiba seseorang menggunakan dua buah gunung menindih saya, supaya saya menjadi daging cincang, untung kedua kaki saya menjelmakan dua kuntum teratai, menahan diri saya, lalu terbang ke puncak gunung. Begitu gunung menjepit, saya tepat berdiri di puncak gunung. Kemudian ada lagi orang yang menggunakan kekuatan Dharma, mengundang semua naga untuk mendatangkan air bah, lalu menghanyutkan gunung tempat saya berdiri, untung kedua kuntum teratai saya itu menahan diri saya, kabur lagi ke tengah angkasa, saya pun mengapung di atas permukaan laut, teratai saya naik setinggi ombak. Saya merasa sangat baik, banyak orang bertepuk tangan di bawah, wah! Bagus! Permainan kesaktian demikian sangat bagus! Kelak jika memperagakan permainan kesaktian demikian, pasti banyak orang bersarana. (Mahaguru tertawa)

Saya pikir suatu hari jika otak saya "xiudou", jika saya turun dari lantai dua ke lantai dasar dengan kaki ditopang oleh teratai, memperagakan permaianan kesaktian, saya mungkin pergi mengunjungi dokter ahli tulang. (Mahaguru tertawa) Itu di dalam mimpi! Ada fenomena demikian. Waktu itu, dalam hati saya berpikir, apa yang harus saya lakukan? Bahkan ada orang yang menjepit dengan gunung, ada orang yang menghanyutkan dengan air bah, untung kedua kuntum teratai putih menahan diri saya, terus naik ke atas. Saya juga ingin mengatakan bahwa saya sama dengan Sang Buddha, dunia manusia memang tidak nyaman ditinggali, saya seharusnya sesekali pergi vacation sejenak di surga saat tengah malam. Anda tahu orang bule suka sekali vacation, setelah bergelut dalam pekerjaan selama satu kurun waktu, lalu keluar bermain, mengendurkan suasana hati, tidak seperti kita orang China, ada workalkholic, satu orang menggeluti 2 macam pekerjaan pun masih belum puas, masih harus menggeluti 3 jenis pekerjaan, barangkali selama waktu luang dari tiga pekerjaan pun masih pergi mengerjakan kerja sampingan. Orang China mengutamakan mencari nafkah, orang bule mengutamakan vacation. Orang lain sedang menikmati hidup, kita sedang mati-matian mencari nafkah. Kalau Mahaguru justru sedang mati-matian membabarkan Dharma. Dipikir-pikir! Saat harus berwisata, seharusnya berwisata, ini baru benar. Saya sarankan pada para budiman, para arya, para ibu, kalau Anda sendiri telah lelah bekerja, pergilah vacation. Sewaktu vacation, perhatikan sejenak, mohon sejenak Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan Penangkis, agar Anda berwisata, walaupun keluar atau pulang, segalanya aman sentosa dan sejahtera. Om Mani Padme Hum.

Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2012/02/tan-pai-san-kai-fu-mu-sitatapatra.html

7 Hal Unik Seputar Mantra


FDZS 7 Hal Unik Seputar Mantra
  • * 1. Saat Saya menekuni beberapa mantra, Saya menemui bahwa sebagian besar mantra diawali dengan OM, maknanya adalah sempurna, merupakan awal dari alam semesta. Paling akhir adalah HUM sebagai akhiran. HUM adalah suatu pencapaian tertentu di alam semesta. (Dharma Talk edisi Oktober 2008, hal 7).
  • * 2. Menjapa mantra sangat penting, bila sehari-hari kita banyak menjapa mantra dan jarang ngobrol, kita pun tidak banyak menciptakan karma ucapan.
    (Dharma Talk edisi November 2008, hal 37).
  • * 3. Bila sadhaka dapat menjapa mantra dan melafalkan nama Buddha di dalam mimpi ia tidak jatuh ke tiga alam samsara. Bila sadhaka tidak dapat menjapa mantra dan melafalkan nama Buddha di dalam mimpi berarti kekuatan sadhananya belum memadai.(Dharma Talk edisi Desember 2008, hal 11)
  • * 4. Para Tantrika berkeyakinan bahwa dengan menjapa mantra dengan pikiran terfokus, mereka akan dapat menggugah hati seorang Buddha/Bodhisattva untuk menjemput mereka ke tanah suci pula. Hal ini lebih meyakinkan karena menyentuh hati secara langsung tentunya lebih akrab/intim dibandingkan penyebutan nama. Pendek kata, kita bisa memperoleh keberhasilan rohani (kontak batin) lewat penyebutan nama Buddha maupun penjapaan mantra. (Dharma Talk edisi Januari 2010, hal 13)
  • * 5. Setelah anda menjapa mantra tak terhitung lagi jumlahnya, anda akan mengalami resonansi mantra dengan alam semesta. Anda akan merasa enak menghadap altar dan menjapa mantra dengan senang hati. (Dharma Talk edisi Maret 2010, hal 10)
  • * 6. Dharmaraja menunturkan, membentuk mudra dalam Tantra mewakili kebersihan perbuatan yidam, mantra mewakili kebersihan ucapan, visualisasi mewakili kebersihan pikiran, ketiganya menyatu dengan yidam sadhana, yidam pun memasuki hati sadhaka, kemudian manunggal dalam seketika, inilah mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang. (Dharma Talk edisi April 2010, hal 12)
  • * 7. Baik mantra panjang maupun mantra pendek mempunyai keampuhan. Ketulusan dan ketekunan seseorang adalah faktor yang menentukan. Membaca sutra dan melafal mantra menghasilkan pahala yang luar biasa. (Dharma Talk edisi September 2010, hal 25)

Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2012/09/7-hal-unik-seputar-mantra.html

Arti "Namo Buddhaya"

Sikap Anjali
Buddhistzone.com - Sebagai seorang umat Buddha, kita tentu akrab dengan ungkapan "Namo Buddhaya". Saat ini, kita mengenalnya sebagai salam yang diucapkan bila bertemu dengan sesama umat Buddha. Ungkapan itu juga sering dipakai sebelum pandita atau pemberi Dhammadesana memulai pembabaran Dhamma. Apakah memang "Namo Buddhaya" merupakan sebuah 'salam resmi'-nya umat Buddha? Sejak kapan? Berasal dari mana? Apa artinya?
Semua pertanyaan mengenai asal usul penggunaan ungkapan "Namo Buddhaya" mudah-mudahan bisa terjawab dengan penjelasan singkat dari Y.M. Uttamo Thera, Y.M. Bhikkhu Dhammadiro, dan Selamat Rodjali di bawah ini.
- Menurut Y.M. Uttamo Thera:
Arti "Namo Buddhaya" adalah 'Terpujilah semua Buddha'. Hal ini adalah merupakan suatu ajakan kita kepada orang lain untuk memuji para Buddha. Saat ini, ajakan memuji ini dijadikan sebagai salam Buddhis.
- Menurut Y.M. Bhikkhu Dhammadiro:
Kata 'Namo Buddhâya' adalah suatu kalimat yang diucapkan oleh mereka yang menaruh hormat dan yakin pada Sang Buddha (artinya bukan sabda Buddha sendiri). Dan tidak ada dijumpai dalam Tipitaka. Dalam tingkat Atthakathâ pun kata ini mungkin belum populer, terbukti dengan tidak tercantumkannya di dalamnya. Kata ini baru disebut-sebut dalam kitab penjelasan tatabahasa Pâli (Saddanîti-pakarana) yang disusun di Srilanka kira-kira 1000 tahun yang lalu (ini hanya perkiraan secara kasaran, saya tidak bisa memastikan waktunya. Di sini, yang saya maksudkan adalah penggubahan kitab itu dilakukan jauh setelah disusunnya kitab Atthakathâ dan Kitab Tatabahasa Pâli era awal).
Sementara itu, ada bentuk kalimat yang lain dari kalimat tersebut, yakni: "Namo Buddhassa". Kalimat ini memang telah ada sejak jaman Atthakathâ. Dan, tradisi Theravâda di Burma lebih banyak menggunakan kata ini daripada kata "Namo Buddhâya". Lebih dari itu, baik kata "Namo Buddhâya" maupun "Namo Buddhassa" tidak umum dipakai dalam tradisi Theravâda di Thailand.
- Menurut Selamat Rodjali:
"Namo Buddhaya" bukanlah salam, tetapi ungkapan penghormatan seseorang kepada Buddha. Artinya adalah Terpujilah Buddha (yang telah merealisasi pencerahan Agung). Ungkapan ini amat umumnya diucapkan sebelum membabarkan Dhamma atau tulisan Dhamma. Di Indonesia, umat Buddha sering mengucapkannya sebagai salam Buddhis. Jadi sungguh sangat salah kaprah dan keluar dari makna sesungguhnya.
Saya pun seringkali memulai tulisan kepada teman Buddhist, dengan kata "Namo Buddhaya", tapi bukan sebagai salam, melainkan sebagai ungkapan penghormatan kepada Buddha, dan diharapkan menginspirasikan kualitas Buddha kepada teman yang saya tulisi.
Mengapa tidak menggunakan "Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa" saja? "Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa", pertama kali diucapkan bukan oleh Buddha, tapi oleh Brahmana yang mengagumi Sang Buddha saat itu, dan kita menirunya. "Namo Buddhaya", dipakai oleh beberapa orang Buddhist di Burma dan Sri Lanka, dan kita menirunya. Yang jelas semuanya itu secara ke-bahasa-an tidak salah, bedanya, "Namo Buddhaya" tak pernah ada di Tipitaka, sedangkan yang pertama ada.
Penggunaan istilah "Namo Buddhaya" di Indonesia, dimulai dari para muridnya Ashin Jinarakkhita ketika masih belum ada Buddhayana, sedangkan Ashin Jinarakkhita sendiri pada mulanya juga menggunakan "Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa".
 
Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2012/05/arti-namo-buddhaya.html

DUPA/HIO


Dupa sebenarnya adalah media untuk melakukan sembayang atau bagian dari peralatan sembayang, tidak mempunyai arti khusus dan makna khusus didalamnya.

Dupa itu sebuah tradisi sebagaimana bunga di barat sana. Dupa digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam Dupa juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Dupa atau sering kali disebut Hsiang (Mandarin) atau
Hio (Hokkian) adalah salah satu unsur yang eksis dalam kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun. Dupa digunakan dalam acara penghormatan kepada leluhur dan acara-acara ritual keagamaan beberapa agama yang ada di Tiongkok. Asal usul dupa pertama kali sebenarnya bukanlah langsung digunakan untuk penyembahan atau penghormatan. Dupa masuk bersamaan dengan masuknya agama Buddha ke China. Dikatakan bahwa sewaktu Buddha Sakyamuni menyebarkan ajarannya kepada para pengikut, karena cuaca yang panas, kebanyakan murid-murid tak dapat berkonsentrasi, merasa mengantuk dalam mendengarkan wejangan dari Buddha Sakyamuni. Maka untuk mengatasi hal ini, orang2 kemudian membakar kayu2 harum dan wangi untuk mengharumkan udara dan meningkatkan konsentrasi. Kemudian tradisi ini menjadi kebiasaan dalam agama Buddha dan terbawa ke Cina dalam penyebarannya.

Dupa kemudian diadopsi oleh agama
-agama dan kepercayaan-kepercayaan lain yang telah lama ada di China sebelum agama Buddha masuk. Sehingga dupa menjadi sebuah alat dalam ritual dan tradisi kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun, baik dalam menghormati leluhur, menghormati dewa-dewi dalam agama-agama tertentu di China dan juga tentunya oleh penganut agama Buddha sendiri.

Tradisi ini kemudian diperlambangkan sebagai sebuah alat untuk berkomunikasi dengan leluhur, dewa-dewi dalam agama tertentu ataupun sang Buddha sendiri. Ini terutama karena anggapan bahwa wewangian yang menyebar dalam udara adalah salah satu bentuk penghormatan kepada yang dipuja. Asap dari dupa yang bergerak ke atas juga sebagai perlambang
bahwa niat kita untuk menghormati ataupun memuja akan sampai kepada tujuannya karena anggapan umum semua bangsa dan agama di dunia (saya kira bukan hanya dalam agama-agama tertentu) bahwa yang kita puja itu baik Tuhan (Thian), Allah, Buddha, leluhur dan lain - lainnya yang derajatnya lebih tinggi daripada manusia bertempat di atas langit. Dupa juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk menghormati leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China sebagai pengganti persembahan lainnya seperti kurban-kurban makhluk bernyawa.
Selain itu dari versi lain Berdasarkan kitab Zhou Li (tata krama dinasti Zhou) ditulis kalau untuk menghormati Huang Tian adalah dengan Yin. Yin adalah asap yang membumbung karena kayu-kayu (harum)yang dibakar. Pada tulisan Bunsu Sidartanto Buanadjaya, yang berjudul "Ru Jiao - Selayang Pandang Kesejarahan Wahyu dan Kitab Sucinya Sepanjang Kurun Waktu 5000 Tahun", Ong Kun salah satu menteri dari Oey Tee (Huang Di=Kaisar Kuning) adalah penemu Than Dupa yang dipakai sebagai wewangian pada upacara sembahyang. Jauh lebih lama dari waktu masuknya agama Buddha ke Tiongkok (waktu Dinasti Han).

Catatan lain di Indonesia dikenal dengan Kemenyan, kemenyan adalah sejenis dupa, Sebenar pemakaian dupa dan pengenalan dupa berasal dari India pada era 7000 SM, pemakaian dupa sudah dikenal di India karena dupa pertama kali digunakan. Fungsi kemenyan sama seperti
pembakaran dupa.
Cara sembahyang di kelenteng untuk orang awam pada umumnya dengan menggunakan Dupa. Dupa digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam Dupa juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang Dupa yah? Yah, gak masalahlah, Dupa itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi dan bersifat medium atau alat sembahyang saja.
Tata Cara dan Makna Jumlah Batang Dupa Dalam Sembahyang
Dalam memegang dupa pun ada beberapa cara, yakni:
1.    Kepalan yang membentuk delapan kebajikan dan orang tua/ (cara Kong Hu Cu)
2.    Kepalan yang membentuk bola Taiji/menggengan Taiji (cara Tao)
3.    Anjali atau merangkapkan kedua telapak tangan (cara Buddha)
Tiga arti pai :
1.    Pai pertama membalas jasa langit dan bumi/ yi bai baoda tiandi en
2.    Pai kedua membalas jasa orang tua/ zhai bai baodao fumu en
3.    Pai ketiga membalas jasa para guru/ san bai baodao enshi en
Secara umum, jumlah hio ganjil adalah untuk Dewa, Tuhan, tokoh yang berjasa untuk masyarakat luas dan makhluk suci lainnya. Ganjil dalam metaphysic Tiongkok adalah lambing dari unsur Yang atau positif. Yang berjumlah genap adalah untuk leluhur, arwah yang meninggal, setan yang gentayangan.
Ketika melangkah masuk ruang sembahyang juga harus kaki kiri dahulu yang maknanya adalah kita harus mengutamakan sifat-sifat kebajikan kita. Menancapkan hio dengan tangan kiri juga artinya kita akan selalu menancapkan kebajikan di alam langit  dan alam bumi.
Pada umumnya kita sembahyang meggunakan 1 atau 3 dupa, tapi sebenarnya ada makna untuk berapa batang dupa yang kita pakai, yakni:
a.   1 batang dupa biasanya Kauw Siu Thao, Para Dewa-Dewi di rumah untuk hari biasa kecuali Ce It dan Cap Go setiap bulannya.
b.    3 batang dupa biasanya untuk Tuhan, Dewa-Dewi, dll.
c.   5 batang dupa biasanya untuk usaha/dagang (khusus untuk Dewa Hok Tek Ceng Sin dan Dewa Cai Sen lainnya)
d.    6 batang dupa biasanya untuk keperluan orang lain
e.   7 batang dupa biasanya untuk mohon khusus dan juga untuk sesuatu hal membalikan kepada orang lain.
f.     8 batang dupa biasanya digunakan bila kesusahan/kesialan terus-menerus menimpa
g.  9 batang dupa biasanya untuk semua makhluk dan Dewa-Dewi (paling bagus kalau sembahyang jam 9 malam di rumah)
h.    12 batang dupa agar semua makhluk dapat kebahagiaan
i.      36 batang dupa untuk kesuksesan dan keharmonisan
j.  108 batang dupa, bila terdesak oleh keadaan atau ada permintaan khusus sekali (sembahyang tepat jam 12 malam)
 
Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2012/05/dupahio.html

Dewa Bumi Pemberi Hoki nasib manusia ver 3


Kesaksian Bagaimana Ajaran Zhen Fo Zhong Telah Mengubah Hidup Saya


Diterjemahkan dari Majalah Purple Lotus, volume 16
Translated by Janny Chow, edited by Kartika Damayanti
=Berdasarkan pengalaman pribadi dari Siswa Ran Yu Lan, Taiwan=

Ada dua bagian cerita saya.Bagian pertama adalah cerita tentang suami saya yang dicurigai dan dituduh dalam kasus hukum, menyebabkan kami berhutang 80 juta dolar Taiwan. Cerita bagian Yang kedua adalah tentang penyakit saya sendiri; saya divonis oleh dokter menderita kanker payudara yang hanya dapat bertahan sampai tahun 2002.
Suami saya dan saya menjalankan bisnis konstruksi sampai tahun 1997.Pada tahun itu, saya didiagnosa menderita kanker payudara.
Pada tanggal 8 Agustus ’97, pada hari di mana saya menjalani operasi, perusahaan konstruksi suami saya ditutup karena tuduhan palsu yang dituduhkan terhadap dia.
Akibatnya, ia tidak hanya memiliki hutang sebesar 80 juta dolar Taiwan tapi juga ditahan.
Dalam sekejap, kami kehilangan rumah kami dan mobil kami, dan saya harus pindah ke sebuah apartemen kecil untuk tempat tinggal sementara.
Saya ingat Maha Guru pernah berkata, “Ketika ketidakkekalan datang, inilah saatnya bagi Anda untuk menghadapi takdir Anda.”
Saya berpikir, inilah kondisi yang dimaksud oleh Maha Guru.
Saya memutuskan untuk melaksanakan kata-kata Maha Guru dan tinggal di rumah setiap hari untuk bersadhana.
Ketika itu, Master Samantha (Li Hui sangshe) di Taiwan sedang membabarkan dharma.
Ketika saya mendengar bahwa Beliau akan berada di Fo Lin tong xiu hui, yang terletak di Jalan Ba De di Taiwan dan akan memberikan konsultasi, saya memutuskan untuk berkonsultasi dengan Beliau.
Saya ingin mengetahui apakah ada hikmahnya pada kondisi gelap gulita yang saat ini sedang menaungi saya. Master Samantha memberiku tugas “Pekerjaan rumah” dan berkata, “Akan ada peristiwa baik ketika Anda menyelesaikan pekerjaan rumah ini.”
at kita lakukan tidak terbatas harus dengan mengeluarkan uang.
Saat itu saya tidak memiliki uang , namun saya masih bisa bergerak dan menyumbangkan waktu dan tenaga saya untuk kegiatan amal.
Jadi, setiap hari saya mengisi keranjang belanja dengan True Buddha News dan mengelilingi lingkungan saya untuk memberikan True Buddha News tersebut untuk orang –orang yang kebetulan lewat dan orang-orang yang ada di halte bus.
Setiap hari selama satu bulan saya besadhana dan membagikan surat kabar.
Tetapi karena tanggal jatuh tempo untuk sewa apartemen bulan depan sudah mendekati, saya menyadari bahwa saya hanya memiliki 500 dollar saja, dan jumlah ini tidak cukup untuk membayar uang sewa. Saya baru saja menjalani operasi saya dan belum bisa kembali bekerja, dan suami saya saat ini sedang tidak bisa bekerja.
Pada waktu itu Master Samantha datang lagi ke vihara Zhuang Tang Yan, dan saya juga pergi untuk mendengar pembabaran Dharma Beliau.
Dalam upacara tersebut, Acharya berkata, “Jika Anda memiliki masalah, coba berdoa ke Dewa bumi (Tu Ti Kung) Zhuang Yan Tang, Beri dia beberapa tugas yang harus dilakukan.. Ia terlalu menganggur sekarang.”
Meskipun Master terkesan sedang bercanda, saya menyimpan kata-katanya dalam hati dan berdoa dengan sungguh-sungguh pada Dewa bumi di vihara Zhuang Yan Tang untuk memohon bantuan.
Dalam doa saya, saya mengatakan pada Dewa Bumi bahwa masih ada orang yang berhutang pada kami untuk proyek-proyek konstruksi yang telah kami kerjakan, namun belum dibayar.
Saya juga mengatakan bahwa saya perlu uang untuk membayar uang sewa apartemen bulan depan. Saya berdoa memohon diberi dua puluh ribu dolar, namun saya berusaha menjelaskan bahwa saya tidak serakah, Saya akan membayar tujuh ribu dolar untuk sewa dan menyumbangkan sepuluh ribu dolar Untuk vihara.
Hasilnya menakjubkan. Setelah berdoa kepada Dewa bumi, pukul 10 pagi keesokan harinya, seorang pelukis yang berutang pada kami lima puluh ribu dolar datang menemui saya dan membayar saya dua puluh ribu dolar!
Setelah membayar sewa apartemen saya, saya langsung pergi dan menyumbangkan sepuluh ribu dolar ke vihara untuk memenuhi janji saya.
Sebulan berlalu, dan tiba lagi waktu jatuh tempo sewa bulan depan. Kali ini saya berdoa kepada Dewa bumi di apartemen saya.
Saya tidak meminta terlalu banyak, tapi hanyameminta agar masalah saya ini diselesaikan.
Selama bersadhana, saya memvisualisasikan Dewa Bumi datang, dan saya menyentuh emas yang dibawa Beliau dengan lembut dengan jari saya.
Ketika telah selesai bersadhana, seorang teman menelepon saya dan menanyakanapa yang sedang saya lakukan.
Saya mengatakan kepadanya bahwa sayabaru saja selesai bermeditasi.
Dia mengatakan kepada saya bahwa ia dan teman-temannya akan memilih beberapa nomor undian dan bertanya apakah aku tertarik bergabung dengan mereka.
Karena saya tidak punya uang, saya katakan saya akan bermain dua puluh lima dolar dan menyuruhnya untuk memilih tiga angka secara acak untuk saya.
Secara menakjubkan, saya memenangkan 12.500 dolar , hal ini membuat saya mampu membayar sewa bulan kedua itu.
Selama bulan ketiga, saya mendengar bahwa Acharya Samantha berencana untuk mengadakan api homa 108 kali di Amerika Serikat atas nama Purple Lotus Buddha School.
Saya ingin sekali mendaftar untuk Upacara Api Homa tapi tidak punya uang.
Jadi sekali lagi saya berdoa untuk memohon bantuan selama sadhana saya.
Tak lama kemudian, orang lain yang berutang uang pada perusahaan kami datang untuk membayar kami.
Kali ini kami menerima sembilan puluh ribu dolar.
Saya menggunakan setengah dari jumlah uang itu, untuk mendaftar Upacara Homa.
Selama waktu –waktu ini, walaupun darah masih merembes dari luka bekas operasi saya, saya terus berusaha menyelesaikan “pekerjaan rumah” yang telah Acharya berikan pada saya, dan saya berusaha menjadi tenaga sukarelawan di vihara setempat.
Setelah selesai 108x Upacara Homa di San Francisco, Acharya datang kembali ke Taiwan.
Kali ini, di Nei Ming Tang di Hsinchu, mengadakan 7 hari ritual Jambhala Putih (Bai Chai Sen).
Saya mendaftar pada ritual tersebut dan berdoa agar suami saya akan bertemu dengan penolong untuk untuk membantunya.
Sekali lagi, mujizat terjadi.
Begitu saya pulang ke rumah setelah upacara, saya menerima telepon.
Meskipun kami masih memiliki hutang pada waktu itu, orang yang menelpon ini ingin suami saya untuk mengerjakan sebuah proyek yang akan membayar kami lebih dari dua puluh ribu dolar.
Setelah proyek itu, ia juga ingin kami untuk bekerja pada proyek perluasan pabriknya yang akan memberikan kami lebih dari 3 juta dolar.
Sampai sekarang, suami saya telah mampu melunasi seluruh utangnya.
Pada tahun 1997, saya awalnya divonis mengidap tumor tiroid.Pada tahun selanjutnya, saya divonis menderita kanker payudara. Pada tahun 2001, kanker telah menjalar ke tulang-tulangku.
Dokter mengatakan kepada saya bahwa operasi tidak akan membantu pada tahap ini, dan kemoterapi merupakan satu-satunya pilihan.
Tetapi bahkan dengan kemoterapi, tidak ada jaminan bahwa saya akan sembuh.
Saya bertanya dokter berapa lama lagi saya dapat bertahan hidup, dan ia menjawab bahwa saya akan memiliki waktu sekitar tujuh belas bulan.
Pada waktu itu, saya pikir hidup saya sudah akan berakhir. Jika saya memeriksakan diri ke rumah sakit untuk pengobatan kemo, saya tidak akan dapat melanjutkan latihan dan sadhana saya.
Jadi saya memutuskan untuk tidak menjalani kemoterapi dan memilih untuk terapi radiasi berkala untuk menghilangkan rasa sakit saya.
Sementara kebanyakan orang bekerja delapan jam sehari di kantor, saya berlatih dan bermeditasi delapan jam sehari di rumah.
Pada akhir tahun 2001, Maha Guru muncul dalam mimpi saya dan memberkati saya.
Meskipun hanya dalam mimpi, namun saya masih bisa merasakan energi yang berkesinambungan dari pemberkatan Maha Guru pada seluruh tubuh saya ketika saya terbangun.
Tahun lalu, kanker di tulang saya menyebar ke tulang leher saya.
Saya harus menjalani rawat inap di rumah sakit.
Selama saya berada di rumah sakit, Maha Guru juga datang dalam mimpi saya untuk memberkati saya.
Sekitar bulan April dan Mei, satu bulan dari tenggat waktu yang diberikan , dokter memberi tahu saya, bahwa radiasi tidak lagi efektif dalam menghilangkan rasa sakit saya.
Saya memutuskan untuk melepaskan pengobatan radiasi dan pulang ke rumah untuk fokus pada meditasi dan sadhana saya untuk lebih mempersiapkan diri untuk terlahir di Sukhavati Loka.
Setelah tiba di rumah, saya mengunjungi seorang saudari sedharma, yang juga merupakan seorang medium, untuk berterima kasih atas bantuannya ketika saya berada di rumah sakit.
Sementara kami mengobrol, Maha Guru tiba-tiba datang dan melalui saudari sedharma itu, Maha Guru memberkati segelas air untuk saya minum.
Maha Guru juga mengatakan kepada saya melalui saudhari sedharma itu bahwa jika saya tidak lagi melakukan terapi radiasi, maka saya harus memanjatkan Sumpah Agung Ksitigarbha setiap hari dan juga bersadhana setiap hari.
Saya mengikuti petunjuk dari Maha guru dan menjapa sutra dan bermeditasi setiap hari.

Setelah itu, setiap hari saya memanjatkan Sutra Ksitigarbha , Usnisavijaya Dharani, serta bersadhana , dan melimpahkan jasa pahalanya untuk Mula Guru dan roh-roh penagih hutang saya.
Meskipun saya telah melakukan sadhana pertobatan setiap hari selama beberapa waktu, hanya pada saat itulah saya belajar untuk benar-benar bertobat dari hati saya.
Pada saat itu, kanker telah menyebar ke panggul saya.Dan setiap setengah jam selama latihan, saya harus beristirahat, karena rasa sakit tidak akan mengizinkan saya untuk terus duduk.
Namun demikian, saya masih menganggap diriku sangat beruntung dalam keadaan seperti itu.
Setidaknya saya tidak terbaring di tempat tidur dalam keadaan koma seperti pasien kanker lain pada umunya, dan saya masih dapat menggerak kan bibir saya untuk menjapa mantra.
Saya bertekad untuk menggunakan dengan baik waktu yang tersisa bagi saya.
Setiap kali saya punya waktu luang, saya akan bermeditasi dan melafalkan mantra dan sutra
Saya berlatih dengan sungguh-sungguh, dan, yang mengejutkan, rasa sakit yang saya derita >mereda tujuh hari kemudian.
Setelah itu, saya terus berlatih dengan tekun, dan rasa sakit itu pun menghilang.
Dokter yang menangani saya sangat terkejut dengan ini.
Presentase tumor saya semula lima puluh tujuh persen, tapi menurun menjadi tiga puluh tujuh, dan saat ini menjadi tujuh belas persen.
Saya telah menyadari bahwa sebagai manusia, melatih diri adalah hal yang paling penting yang dapat Anda lakukan.
Ketika Anda mati, Anda akan kehilangan segalanya di dunia ini.
Satu-satunya yang Anda bawa serta dengan Anda adalah karma Anda.
Selama saya menderita sakit, beberapa anggota keluarga saya dan teman-teman saya mengkritik saya , hal ini membuat saya marah dan membenci mereka.
Tapi saya harus menyadari bahwa kejadian ini terjadi karena suatu sebab.
Saya sangat bersyukur pada arwah penagih hutang saya, sebab dialah yang mengajari saya.
Ketika saya bertobat dan memintanya untuk mengampuni saya, adalah dia yang telah berkata kepadaku, “Kau ingin saya mengampuni Anda, tetapi Anda tidak mau mengampuni orang lain. Bisakah? Anda harus terlebih dahulu belajar untuk memaafkan sebelum Anda memiliki hak untuk meminta orang lain memaafkan Anda. “
Dia telah mengajarkan saya ini. Jika Anda tidak dapat mengampuni orang lain, maka bukankah Anda kelak akan menjadi arwah penagih hutang lainnya?
Oleh karena itu, hanya pertobatan tulus dari hati Anda akan membebaskan Anda dari semua rasa sakit dan penderitaan.
Maha guru telah menulis kata-kata berikut dalam jawabannya pada surat saya: “Hanya sebuah kebijaksanaan yang tidak terganggu oleh keadaan apapun akan melahirkan keberuntungan dan berkat.”
Penyakit saya telah memberikan saya kesempatan terbaik untuk belajar.
Tanpa cobaan dan penderitaan, saya tidak akan berlatih dan bermeditasi begitu keras dan begitu tekun, dan saya tidak akan memperoleh realisasi ini.
Maha Guru telah mengatakan bahwa berlatih adalah untuk belajar tentang kesabaran dan ketahanan.
Ketika Anda dapat duduk dengan tenang dan melebur ke dalam satu sesi latihan (sadhana dan meditasi), Anda benar-benar belajar untuk mengendalikan pikiran Anda.
Hal lain yang penting untuk dilakukan adalah untuk mengakui kesalahan diri sendiri dan benar-benar bertobat. Periksa berbagai pikiran, baik atau buruk, yang muncul dalam pikiran Anda, dan berusaha menyesuaikan dan memperbaikinya. Hal ini tidak mudah dilakukan, tetapi kita tidak boleh menyerah , pada setiap kesempatan untuk melatih dan mengubah diri kita sendiri.
Hidup ini sangat singkatSaya harap cerita saya akan membantu orang lain memahami dan menghargai berharganya ajaran dari Zhen Fo Zhong.

Om Guru Lian Shen siddhi Hum.
Diceritakan oleh Lian Hua Yu Lan,
Diterbitkan oleh Majalah Purple Lotus volume 16.

Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/dewa-bumi-pemberi-hoki-nasib-manusia.html

Dewa Bumi Pemberi Hoki nasib manusia ver 2


Mengubah Nasib


Rate This
Oleh: Mahaguru LianSheng  Sheng-Yen Lu
Saya sering menyarankan masyarakat untuk menjapa sebuah mantra. Mantra ini bukan mantra besar, bukan pula mantra rahasia; bukan mantra yang memancarkan cahaya agung, bukan mantra tanpa tanding, juga bukan mantra di atas segala mantra.
Melainkan sebuah mantra kecil yang umum.
Dapat dijumpai di dalam kitab sutra manapun, sangatlah umum, saking umumnya hingga membuat orang-orang dapat menganggap remehnya.
Mantra ini adalah “Mantra Dewa Bumi”, sebagai berikut:
「南摩三滿多。莫多喃。嗡。度魯度魯。地尾梭哈。」/Pinyin: NanmoSamanduo. Moduonan. Weng. Duludulu. DiweiSuoha.
(Cara bacaIndonesia: “Namo Samantuo. Motonam.Om.Tulutulu. Tiwi Suoha..”)
Saya memberitahukan yang sebenar-benarnya kepada para pembaca, mantra inilah yang mampu mengubah nasib. Bukankah ini mantra Dewa Bumi yang umum? Tidak salah lagi, namun mantra ini justru memiliki kemampuan besar dalam mengubah nasib, benar-benar tidak boleh dianggap remeh.
Adaorang yang menjapa mantra Dewa Bumi, penyakit borok bernanah yang telah diderita selama sepuluh tahun, menjadi sembuh total.
Adaorang yang wajahnya memiliki aura kesialan, seumur hidup miskin dan hidup susah, setelah menjapa mantra Dewa Bumi dalam waktu lama, sinar berkah memancari nasibnya, nasibnya berubah total, dari miskin berubah menjadi kaya.
Adaorang yang menjapa mantra Dewa Bumi, akhirnya melahirkan anak setelah tidak mengandung selama sepuluh tahun.
Adaorang yang menjapa mantra Dewa Bumi, seumur hidupnya sehat tanpa penyakit.
Adaorang yang menjapa mantra Dewa Bumi, mendapatkan jodoh pasangan yang baik, selain itu roman wajahnya bersemburat kemerahan.
Adaorang yang menjapa mantra Dewa Bumi, memenangkan togel besar.
Saya beritahukan lagi sebuah rahasia kepada para pembaca, rahasia ini sebenarnya tidak boleh diberitahukan, namun saya tidak tahan untuk tidak memberitahukan: jika sering menjapa mantra Dewa Bumi, lalu pergi keLas Vegas, maka akan mendapatkan hasil sesuai keinginan.
Menjapa mantra ini dalam jangka waktu yang lama, sebenarnya belum ada orang yang mempromosikannya,hanya saya, Buddha Hidup LianSheng – Lu Sheng Yen, yang menganjurkannya。

Inilah yang saya temukan:
Suatu kali saat chanting, saya mendapati bahwa ada sesosok pak tua berambut putih dan berwajah kemerahan duduk di samping saya.
“Anda siapa?”
“Dewa Bumi.”
“Anda suka melakukan hal apa di dunia manusia?”
“Mengikuti orang yang memiliki berkah.”
“Terhadap dunia roh, bagaimana pandangan anda?”
“Alam suci (menunjuk pada Alam Buddha) adalah arupa, Alam Langit (menunjuk pada Dewa-Dewi) bersih dan tenang, Alam Dewa Bumi banyak malapetaka dan berkah adalah karena alasan ini.”
Saya bertanya pada Dewa Bumi:
“Bagaimana dengan nasib tiap orang?”
“Semua nasib merupakan buah dari pembalasan sebab-akibat (karma), mengandung  implikasi yang rumit, orang awam bisa saja tidak tahu, namun tidak dapat meninggalkan dua buah kata ‘sebab’ dan ‘akibat’, semuanya adalah suratan takdir, beribu ikatan jodoh yang sifatnya mengikat makhluk.”
“Yang kamu katakan memang tidak salah, namun bagaimana mengubah nasib?”
Saya lanjut bertanya:
“Memohon kepada Buddha?”
“Tidak pas, tidak boleh meminta pada Buddha.”
“Memohon kepada Dewa-Dewi (di Langit)?”
“Juga tidak pas.”
“Memohon pada Dewa Bumi?”
“Benar, malapetaka dan berkah yang banyak dapat mengubah nasib.”
“Bagaimana mengubahnya?”
“Menjapa[1] mantra”
“Mantra yang mana?”
“Mantra Dewa Bumi.”
Pak tua itu membawa saya menaiki kereta rusa, terbang ke langit, hingga ke sebuah gunung. Di tengah gunung terdapat sebuahkotayang besar yang dikelilingi tembok emas yang megah. Di dalamkotabesar tersebut, isinya seluruhnya adalah pak tua berambut putih berwajah kemerahan berjumlah di atas puluhan juta, dan semua pak tua berambut putih berwajah kemerahan ini, ada yang berlutut, ada yang terbang ke langit dan pergi.
“Ini negara apa?”
“KotaDewa Bumi.”
“Dewa Bumi sibuk kenapa?”
“Membantu, mengubah nasib.”
Akhirnya, saya memahami suatu kebenaran. Mempelajari ke-Buddha-an, tentu saja dapat mengubah nasib. Mempelajari ke-dewa-an, juga dapat mengubah nasib. Akan tetapi, terus-menerus menjapa “Mantra Dewa Bumi”, dapat lebih cepat lagi dalam mengubah nasib.
Ingin mengubah nasib diri sendiri, maka genggamlah kunci dari perbuatan yang dapat mengubah takdir. Tentu saja, menapaki pintu Dharma yang manapun, membutuhkan suatu kondisi yang tepat, merupakan jodoh kecocokan.
Asalkan menjapa “Mantra Dewa Bumi” dengan setulus hati, sebanyak ribuan kali, puluhan ribu kali, bahkan jutaan kali, cahaya berkah Dewa Bumi menyinari sadhaka, maka dapat mengubah nasib. Ini adalah nyata adanya.


[1] Sama dengan melafalkan dengan penuh konsentrasi (umumnya dilakukan berulang kali hingga jumlah tertentu, sebanyak 3 kali, 7 kali, 21 kali, 49 kali, 108 kali (atau sama dengan satu putaran penuh japamala), 1080 kali, atau beberapa kali satu putaran penuh japamala.)
 
Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/bukti-mantra-dewa-bumi-mengubah-nasib.html

Dewa Bumi Pemberi Hoki nasib manusia ver 1


(ilmu untuk mengubah nasib)



aku sering mengajarkan siswa-siswa ku suatu mantra, mantra ini bukan mantra maha cahaya, bukan mantra tiada bandingan, bukan pula mantra tiada tara namun hanya satu mantra kecil.
Mantra ini ada dihampir semua kitab - kitab buddhis, sangat sederhana hingga terlewatkan orang. Mantra itu adalah mantra dewa bumi, bunyi mantra ini sebagai berikut :

NAMO SAMANTO MOTONAM OM TULU TULU TIWEI SOHA

dengan sungguh - sungguh aku memberitahukan kepada kalian semua bahwa mantra ini adalah sebuah ilmu rahasia untuk mengubah nasib. Bukankah itu cuma mantra dewa bumi yang biasa ? Tidak salah, ia mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mengubah nasib, karena itu tidak boleh dianggap remeh.
Ada orang yang membaca mantra tersebut, maka penyakit kulit yang dideritanya selama sepuluh tahun hilang lenyap.
Ada orang yang bertampang sial, seumur hidup miskin terus, setelah membaca mantra tersebut, lalu sinar kebahagiaan menyoroti wajahnya menjadi bercahaya, dan nasibnya pun berubah total dari miskin menjadi kaya.
Ada orang yang membaca mantra tersebut, kemandulan yang telah diderita selama sepuluh tahun menjadi sembuh.
Ada orang yang membaca mantra tersebut, seumur hidupnya sehat waalfiat.
Ada orang yang membaca mantra tersebut, terus mendapat jodoh bagus mukanya bercahaya kemerah-merahan.
Ada orang yang membaca mantra tersebut lalu urusan-urusan yang tadinya tidak lancar, akhirnya menjadi lancar, tidak ada satupun hal yang membuatnya terhalang.
Ada orang yang membaca mantra tersebut, ia mendapatkan loterai besar. Walau orang lain jarang menganjurkan, aku justru menganjurkan supaya mantra ini banyak dibaca secara rutin dan terus-menerus. Inilah penemuanku : pada suatu meditasi aku merasa disampingku ada seorang tua yang berambut putih dengan wajah kemerah-merahan.
* kamu siapa ? Dewa Bumi.
* di dunia manusia apa yang anda akan lakukan ? Mengikuti orang yang punya rejeki.
* Bagaimana pandangan mu terhadap alam roh ? Lapisan nirwana merupakan kekosongan, lapisan dewa langit jernih dan suci, di lapisan dewa tanah rejeki dan malapetaka datang silih berganti.
* Aku bertanya kepada dewa bumi " bagaimana dengan nasib setiap orang ? " nasib ditentukan oleh karma ( sebab akibat ). Karena itu saling mengali dan bersilang ruwet. Manusia harus sadar bahwa segala sesuatu ditentukan oleh karma.
* Kamu bicara betul, lalu bagaimana cara mengubah nasib ? Apakah minta kepada budha ? Tidak cocok.
* Minta kepada dewa-dewi ? Juga tidak cocok.
* Minta kepada dewa tanah ? Nah itu cocok.
* Bagaimana caranya ? Baca mantra
* Mantra yang mana ? Mantra dewa bumi.

Orang tua lalu membawa ku naik kereta rusak mengarungi angkasa biru dan kami sampai disebuah gunung, ditengah gunung itu ada sebuah kota besar, berkilauan multu manikom, di dalam kota penuh dengan orang-orang yang berambut putih muka kemerah-merahan, ada ribuan bahkan puluhan ribu, mereka tampak sangat sibuk, ada yang baru mendarat, ada pula yang sedang siap-siap berangkat kelihatannya sibuk banget deh.
* Ini negeri apa ? Negeri Dewa Bumi.
* Para dewa bumi itu sedang sibuk apa ? Sedang memberikan bantuan mengatur dan mengubah nasib manusia. Begitulah penemuan ku kenyataan.
Akhirnya aku menyadari suatu kenyataan bahwa melatih diri menjadi buddha tentu bisa mengubah nasib. Melatih menjadi dewa, juga bisa mengubah nasib, tapi dengan langsung membaca mantra Dewa Bumi, perubahan nasib akan lebih langsung. Bila ingin mengubah nasib orang harus mempunyai kunci pembukanya pada prinsipnya, ilmu apapun juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisinya, adanya kehendak benda dan kejanggalan, kejodohan, asalkan membaca mantra dewa bumi sering kali, puluhan kali, ratusan kali, ratusan kali secara sungguh-sungguh, maka sinar dewa bumi akan menyoroti, nasibnya akan berubah ini sungguh-sungguh lho.

" semboyan dewa bumi adalah amal tanpa pamrih"

Sumber : http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/dewa-bumi-pemberi-hoki-nasip-manusia.html